Karma Politik PDI-Perjuangan

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Karma Politik PDI-Perjuangan
Apakah Megawati sepatutnya masih jadi penentu atau sebaiknya malah menjauh dari politik riil sehari-hari? Opini Aris Santoso.

Aris Santoso adalah penulis sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.
☆☆☆☆☆
Turunnya performa PDIP yang ditandai dengan hasil pilkada serentak baru-baru ini, bisa dibaca sebagai karma (politik). PDIP lahir dan naik pamornya karena Peristiwa 27 Juli, dan tersebab peristiwa yang sama pula,  PDIP mengalami masa surut. Sejatinya, apa yang kini terjadi pada PDIP, tidak bisa dilepaskan dari tindakannya selama ini, terutama kepada rakyat kebanyakan, mengingat partai ini selalu mengklaim dirinya sebagai partainya wong cilik.

Politik tidak bergerak di ruang hampa, itu sebabnya ada kosakata memori kolektif. Momen historis seperti Peristiwa 27 Juli,  bisa dijadikan jendela untuk mempelajari masa lalu, sebagai bahan refleksi hari ini, dan menyiapkan masa depan.

Dalam konteks PDIP, masa depan dimaksud adalah melanjutkan kekuasaan, dan bila memungkinkan dengan durasi tak terbatas. Seperti dalam kehidupan nyata, tak ada yang lebih pahit ketimbang angan-angan yang patah di tengah jalan.

Namun persoalannya parpol lain juga memiliki cita-cita yang sama terkait kekuasaan, jadi tentu tidak tinggal diam. Adalah hal yang wajar jika calon-calon lawan PDIP,  akan mengolah perilaku kader-kader PDIP yang terlibat kasus korupsi, untuk kemudian diolah menjadi bahan kampanye negatif.

Sebenarnya kasus korupsi menimpa hampir semua kader parpol, namun masalahnya PDIP adalah partai berkuasa, jadi akan selalu menjadi sasaran tembak. Singkatnya adalah, posisi PDIP sebagai "korban” dari Peristiwa 27 Juli sudah tidak bisa lagi dijadikan modal politik untuk menarik simpati publik. Rasa belas kasihan publik atas tragedi 22 tahun lalu itu sudah tidak mampu  mendongkrak performa PDIP.

Perilaku eksponen PDIP dalam mengelola kekuasaan sudah tercatat semuanya dalam memori publik. Yang dampaknya sudah kita lihat dalam pilkada serentak baru-baru ini. Segala tindakan di masa lalu, cepat atau lambat, akan memberi akibat, sesuai hakikat hukum karma.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT