Sebuah Janji Dari Mawar Abu-Abu

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
"Sebuah Janji Dari MawarAbu-Abu"
Malam ini ketika berada di sebuah Coffee Shop ada seorang siswi kelas 12 di Sekolah Menengah Negeri, kawasan Surabaya, duduk termenung di rumah makan. Dan Mawar lebih banyak memainkan ponsel saat pertama kali bersua.

Beberapa kali dia mengarahkan layar ponsel ke depan wajahnya dan rupanya, gadis itu sedang selfie.
Pakai nama samaran saja kak, biar keluarga saya tidak tahu soal ini,
katanya memulai obrolan.

Mawar tidak sendiri malam itu, dia ditemani temannya satu sekolah.
Saya kelas 12, hari ini baru ujian nasional hari pertama,
ujarnya.

Mengenakan masker, Mawar membongkar kehidupan nahasnya usai menjalani Ujian Nasional hari pertama.
Hari ini kehidupan pribadi saya hancur. Saya enggak punya pilihan lain kak,
ucapnya pelan.

Dengan suara tersendat, Mawar bercerita kalau dia terpaksa harus menjual diri ke seorang pria yang baru dikenalnya lewat media sosial.

Pria yang berstatus mahasiswa itu dikenalnya lewat fitur People Nearby Line.
Kenalan langsung tembak aja deh,
ujarnya sambil tertawa kecil.

Mawar bercerita, dia menjual keperawanannya seharga Rp 1,5 juta kepada mahasiswa tersebut. Ini dilakukan karena Mawar membutuhkan uang untuk mengganti uang kegiatan sekolahnya yang hilang.
Saya dituduh mencuri uang itu, padahal saya sama sekali tidak melakukannnya. Saya bingung harus nyari uang kemana, terpaksa saya lakukan ini,
katanya.

Saat bertemu, Mawar baru saja mengambil uang pelunasan pembayaran dari sang mahasiswa.
Tadi sebelum kesini ambil uang pelunasan dulu,
kata gadis berusia 18 tahun itu.

Sepintas tidak tampak kalau Mawar masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Tubuhnya yang tinggi membuat Mawar seperti anak kuliahan.

loading...
Malam itu, Mawar memakai kaus tangan panjang warna kuning menenteng sebuah tas kecil.

Saat ditanya apakah perbuatan itu yang pertama dilakukan? Mawar tidak secara lugas menjawab.
Ya gimana ya kak, kalau soal itu aku tidak mau cerita,
katanya.

Yang jelas katanya, dia terdesak untuk melakukan itu karena tidak ada pilihan lain. Mawar melanjutkan, orang tuanya bekerja di sebuah perusahaan swasta. Dia anak pertama dari tiga bersaudara.
Tidak berani minta sama bapak, uang segitukan besar kak,
ucapnya.

Dalam kebingungannya karena dituduh telah mencuri uang kegiatan sekolah, seorang temannya kemudian memberitahukan cara mendapatkan uang dengan cepat.
Awalnya ragu sih, takut saja orangnya kabur setelah gituin saya,
kata gadis bertubuh bongsor itu.

Tapi karena tidak memiliki pilihan, Mawar terpaksa melakukan hal itu. Berbekal komunikasi dengan pria tersebut, Mawar kemudian memberikan diri bertemu seusai UN. Sebelum bertemu, Mawar lebih dulu berganti pakaian.
Kalau pakai seragam bisa ketahuan sekolah saya,
katanya sambil sesekali memperbaiki masker.

Sesampaikan di hotel yang dimaksud, mahasiswa yang dikenalnya sudah menunggu di kamar hotel.
Perasaan campur aduk, takut, sedih macam-macam lah kak,
 ucapnya.
Tapi saya janji, ini yang pertama, saya enggak akan mengulanginya lagi,
 janji Mawar.

Setelah berbincang banyak, tak terasa jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Mawar yang sejak bertemu asik bercerita, memilih untuk pulang duluan.
Gitu aja ya ceritanya, nanti kalau masih penasaran kita bisa ngobrol lagi. Saya pulang duluan, besok masih UN soalnya,
kata Mawar sambil beranjak dari duduknya.

Setelah kepergiannya ada sebuah pertanyaan, mengapa seorang anak menjadi takut bercerita kepada orang tuanya dan memilih menjual diri untuk menyelesaikan masalah hidupnya.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT