Terpasung Bukan Karena Benci

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
"Terpasung Bukan Karena Benci"
Bekas luka masih tergambar jelas di kedua lengannya. Jalannya tertatih-tatih seakan sudah lama tak menginjakkan kaki ke tanah. Muhammad Fradana Ikhsan namanya.

Nasibnya tidak sama dengan pemuda seusianya, namun ia masih mempunyai kemauan yang sama meski mengalami keterbelakangan mental. 

Itulah kenapa ada luka di beberapa lengannya, bukan karena pukulan melainkan karena ikatan. 
Sudah satu tahun lamanya ia diikat oleh sang Ibu, Sunarti karena kerap kali mengamuk tanpa kontrol.

Dana, sapaan akrabnya, sudah tidak lagi dalam ikatan di atas ranjang tidurnya. 

Dan sudah dilepas oleh Sang Ibunda, tapi benar apa yang dikatakan Sunarti. 

Pemuda itu tidak bisa mengendalikan dirinya, emosinya meledak-ledak saat ada orang baru ke rumahnya. 
"Aaaah... waaaah.... haaaaa...." 
begitu teriaknya ketika melihat orang asing.

Tatapan matanya kosong, namun ia bisa mengenali jelas wajah ibunya. 

Saat teriakannya menjadi, sang ibulah yang bisa menenangkannya. Pemuda ini sungguh kasihan, di era modern ini masih mengalami pemasungan. 

Memang tidak menggunakan kayu, tetapi ikatan pada dirinya ini juga termasuk bentuk pemasungan. 

Ya mau bagaimana lagi, ini ekonomi yang minim. Dana sering ngamuk kaca rumah dipecah, anak kecil dipukul, sepeda motor dirusak dan kalau minta semaunya sendiri. Sang Ibu hanya cuma kerja serabutan.

Akibat diduduki oleh kakaknya, Dana alami cidera di saraf otaknya, anak ketiganya ini sebenarnya terlahir normal. 

Tetapi, ketika ia berusia satu minggu sempat kedudukan oleh kakaknya. 

Dan sejak kecil sempat biasa waktu usia 10 tahunan sudah mulai terlihat jika mengalami gangguan jiwa.


Secara fisik Dana terlihat memang tidak sehat, bisa dikatakan jiwa pemuda ini sudah mengalami gangguan. 

Tetapi saat dilepas, ia pun mengenali tetangganya. 

Dana terlihat ingin menyapa tetapi keterbatasan bahasa yang dialaminya menjadi kendala utama. 

Tidak sungkan, di warung depan rumahnya Dana ternyata tahu betul bagaimana cara membeli es. 

Minuman favorit Dana ialah es teh dan sehari bisa 2-5 kali beli es teh. 

Sukanya es teh saja anaknya. Kalau ke warung sebelum diikat itu biasanya bawa uang sendiri beli dan setelah diikat, ibunya yang belikan.

Tetangga lainnya pun bercerita memang ada alasan kenapa Dana harus diikat ibunya. 
Dia sering memaksa ke ibunya untuk membeli barang atau makanan seketika. 

Kalau minta itu ya itu. Misal mau sandal dia memaksa minta sandal kalau tidak dibelikan marah, semua dirusak.

Sebenarnya para tetangga merasa iba dengan keadaan Dana. Karena ibunya hanya mengurusnya seorang diri. 
"Dia itu janda" 
sahut seorang tetangga lainnya. 

Dari situlah, ada Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) yang beberapa kali memberi bantuan cuma-cuma ke Dana. 

Pemuda ini, sudah dua kali dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya. 
"Yang pertama tahun 2017, lalu yang terakhir Januari 2018 kemarin. Cuma 17 hari saja di sana terus pulang lagi, lalu ya saya ikat lagi" 
kata sang ibu.

Tidak hanya itu, Dana juga pernah dibawa oleh Satpol PP Kota Surabaya ke Liponsos untuk ditangani di sana. Tindakan ini dilakukan lantaran beberapa warga melapor kalau Dana acap kali berulah. 
"Pada tahun 2012 dia dibawa ke liponsos, 10 di sana tapi pulang dari sana malah makin parah. Karena di sana dipukuli sesama orang gila lainnya," 
ungkap sang ibu.

Sekarang Dana kembali ditangani oleh Pemkot dan Polrestabes Surabaya. Kapolsek Tegalsari Kompol David pun turun langsung untuk membopong Dana ke tandu supaya mau dibawa berobat. 
"Ayo dana ikut nanti jalan-jalan terus sekolah," 
bujuk David kepada Dana. Dan sekarang Dana sudah ditangani kembali secara intensif di RSJ Menur.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT