Inilah sebuah yang mungkin bisa memberikan gambaran bagi para wanita tentang azab di tanah suci.
Karena hal yang mungkin saja sudah biasa dilakukan namun tanpa disadari malah mengundang dosa.
Banyak sudah kita mendengar perihal penghuni neraka yang sebagian besar ialah para wanita?
Lantas mengapa bisa sampai seperti itu?
Ternyata di dalam sebuah hadist diceritakan alasan mengapa neraka penduduk mayoritasnya adalah para wanita.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.
Mereka bertanya,
“Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab,
“Disebabkan kekufuran mereka.”
Ada yang bertanya kepada beliau,
“Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab,
“(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.”
(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Menelisik dari hal tersebut, inilah sebuah kisah nyata yang mungkin saja mampu menggambarkan bagaimana pedihnya siksa neraka bagi seorang perempuan yang lalai dari perintah-Nya.
Bahkan wanita tersebut sampai menangis dan membuat seorang ustazah merinding karenanya.
Berikut Kisahnya - Selama hampir 9 tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah.
Saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit.
Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan.
Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an pada saat saya mengurus satu rombongan haji.
Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus.
Semuanya terlihat riang sebab ini adalah pertama kalinya mereka melaksanakan haji.
Setelah itu saya membawa mereka menaiki bus dan dari situ, kami menuju ke Madinah.
Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah.
Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut.
Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung setelah menginjak bumi Madinah.
Sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. “Jemaah ini sakit!!!!” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.
“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya, kita bawa dia ke rumah sakit.” kata saya.
"Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ".
"Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing".
"Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri".
"Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal".
Sementara itu, tugas mengurus jemaah perlu saya teruskan.
Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit.
Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.
Namun, saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri.
Selepas 2 hari, wanita itu masih juga tidak sadarkan diri.
Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.
Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut.
Sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap kemudahannya dibandingkan rumah sakit Madinah.
Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil.
Jadwal Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah haji.
Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah.
Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma.
Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.
Setelah 2 hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya.
Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak.
Ketika itu saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut,
“Kenapa kamu menangis?”
“Ustazah….saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”
“Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan bingung.
Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu.
Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.
Katanya,
“Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih.”
“Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja.”
“Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.”
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan,
“Ustazah…Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma, saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.”
“Betulkah?”
tanya saya terkejut.
“Betul Ustazah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga. Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata. Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.”
“Bukan itu saja, buah [dada] saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini…putus, jatuh ke dalam api neraka. Buah [dada] saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali.”
☆☆☆☆☆
Azab adalah siksaan yang di hadapi manusia atau makhluk Tuhan lainnya, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan, dalam filsafat Islam. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan.
Azab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Azab dunia,
- Azab kubur,
- Azab akhirat.
Menurut ajaran Islam, azab dunia biasanya terjadi dengan adanya beberapa mukjizatyang telah disampaikan oleh para nabi danrasul, sehingga para umat menyangkal semua mukjizat itu.
Biasanya berupa bencana alam, kelaparan, kekeringan dan lainnya.
Azab kubur terjadi selama dalam alam barzakh selama makhluk berada di dalam masa penantian untuk kehidupan kedua.
Azab akhirat ada setelah adanya penghisaban di Padang Mahsyar, bagi mereka yang didunia tidak pernah melakukan kebaikan akan mendapat azab yang kekal selamanya.
Ada sebuah kata yang erat kaitannya dengan azab, yaitu ujian. Baik ujian maupun azab, keduanya berwujud kesulitan.
Ujian adalah satu proses seleksi untuk naik kelas. Kesulitan yang dihadapi oleh orang adalah kesulitan yang memang diprogram untuk mengukur tingkat kemampuannya mengatasi masalah dalam dunia realitas. Boleh jadi kesulitan dalam ujian lebih berat dibanding realitasnya.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT