Cerita ini adalah kisah nyata kehidupan seorang wanita dimana hidupnya dulunya yang silalu dipenuhi dengan harta orang tua sehingga terjerat dalam kehidupan obat-obatan, hubungan bebas dan minuman keras. Setelah orang tua bangkrut dan meninggal, yang tersisa adalah duka dengan bersrlimut segudang penyesalan.
Diusianya yang masih sangat muda Cipta hidup bergelimang harta. Orang tua seperti pabrik uang yang selalu memberi apa pun yang Cipta minta. Cipta tidak tahu apakah itu pertanda rasa sayang mereka ke dirinnya atau sikap cuek. Cipta tidak peduli selama uang bulanan lancar semuanya baik-baik saja menurutku.
Cipta sudah mengenal dunia malam sejak aku masih duduk di kelas dua SMA. Cipta bergaul dengan banyak anak pengusaha dan anak pejabat di kotaku. Bersama mereka Cipta menghabiskan waktuny bersenang-senang.
Mereka memang sangat mendewakan kebebasan dan kesenangan. Aktifitas Mereka hampir tanpa batas. Satu-satunya yang mungkin bisa membatasi kebebasan Mereka adalah uang, dan itu selalu lancar dari orang tua Mereka.
Cipta bersaudara empat dan Cipta adalah satu-satunya wanita, hampir tak ada larangan dari orang tua dan saudaraku melihat aktifitas Cipta, orang tua sibuk dan saudara-saudaranya juga acuh kepadanya.
Cipta sama sekali tidak memiliki figur baik yang bisa untuk di contoh dan di idolakan di keluargaku.
Ayahnya sibuk dengan bisnisnya sementara Ibu juga sibuk dengan berbagai pertemuan tidak jelasnya dengan teman-teman arisannya.
Cipta sama sekali tidak memiliki figur baik yang bisa untuk di contoh dan di idolakan di keluargaku.
Ayahnya sibuk dengan bisnisnya sementara Ibu juga sibuk dengan berbagai pertemuan tidak jelasnya dengan teman-teman arisannya.
Berikut Adalah Pengakuan Cipta Dalam Buku Hariannya
Naik kelas tiga SMA, aku semakin tidak terkontrol.
Obat terlarang, alkohol, dan bahkan melakukan hubungan ranjang goyang sudah menjadi bagian dari hidupku.
Hampir tidak ada petuah agama dan siraman rohani yang bisa menyadarkanku.
Aku betul-betul menikmati dunia ini dengan segala kemewahannya.
Obat terlarang, alkohol, dan bahkan melakukan hubungan ranjang goyang sudah menjadi bagian dari hidupku.
Hampir tidak ada petuah agama dan siraman rohani yang bisa menyadarkanku.
Aku betul-betul menikmati dunia ini dengan segala kemewahannya.
Ranjang Bergoyang Bebas Bebas dan Obat-obatan Di Kehidupan Cipta
Akhirnya aku lulus SMA, aneh juga sih, aku yang jarang masuk sekolah bisa lulus dan kuliah. Aku memilih sekolah swasta yang terbilang wah di kotaku. Aku tahu kehidupan di kampus itu dan warga-warganya cocok denganku.
Keperawananku jebol waktu kelas 3 SMA oleh mantan pacarku. Makin rusaknya moralku, aku tidak mempermasalahkan itu dan malah merasakannya sebagai hal yang wajar. Tidak tabu lagi bagiku untuk bertemu dan berkencan satu malam dengan laki-laki yang baru kukenal. Asal aku enjoy tentu aku menikmatinya.
Kehidupan bebas di kampus sepertinya mendukung perilakuku. Aku juga sudah jarang pulang ke rumah dan memilih tinggal di kos mewah dekat kampusku.
Ketika Tuhan Mengambil Kemewahan Dunia
Aku yang masih sangat tergantung dari uang orang tua tidak menyadari kalau bisnis ayahku semakin meredup. Puncaknya tahun 2008 yang lalu, ketika salah seorang rekan bisnis Ayah kabur membawa modal usaha yang telah ayah tanam. Jumlahnya lebih 10 miliar. Ayahku sampai pingsan dan harus di rawat di rumah sakit karena peristiwa itu. Sebualn di rumah sakit ayahku meninggal.
Setelah ayah meninggal satu persatu kolektor dari bank datang ke rumah menagih utang. Tentu Ibu tidak tahu menahu dengan semua itu, karena yang dia tahu cuma arisan dan ngumpul dengan teman-temannya. Akhirnya rumah, mobil dan beberapa unit pabrik Ayah habis untuk membayar utang.
Ibu yang tidak kuat akhirnya depresi dan masuk rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan. Saudara-saudaraku yang lain pindah ke Kalimantan ikut dengan saudara Ayah, sementara aku tetap di kota ini tinggal bersama bibiku.
Setelah jatuh miskin dan tidak punya apa-apa lagi yang bisa dibanggakan, aku mulai ditinggal teman-temanku. Ke pesta atau ke diskotik aku tidak lagi diajak, mereka tahu aku sudah miskin dan tidak punya harta lagi. Mereka hanyalah teman palsu yang ada untuk bersenang-senang saja, mereka adalah seperti aku yang dulu yang hanya peduli dengan kesenangan saja.
Aku baru sadar aku salah, salah memilih teman, salah bergaul, kuliahku berantakan dan masa depanku jelas-jelas tidak ada. Aku yang sekarang bukan siapa-siapa. Aku masih berada di kotaku Makassar, berharap ada lowongan pekerjaan yang cocok untukku.
☆☆☆☆☆
Oleh sebab itu, hati-hati dengan harta karena dia tidak abadi, hati-hati dengan teman karena mereka juga tidak abadi.
Semua yang kita miliki datang dan pergi begitu saja, tak peduli kita siap atau tidak. Sukuri apa yang ada agar tidak hidup menyesal di kemudian hari seperti diriku ini.
Semua yang kita miliki datang dan pergi begitu saja, tak peduli kita siap atau tidak. Sukuri apa yang ada agar tidak hidup menyesal di kemudian hari seperti diriku ini.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT