Terminal Mojok, Sudah bahahiakah mantan?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Terminal Mojok, Sudah bahahiakah mantan?
Bagaimana kalau Sahabat Bitter bangun tidur kemudian ketika akan sahur mendapati pesan masuk dari sang mantan yang isinya,
Hai Mantan, sudah bahagia belum?
Lebih baik diacuhkan atau perlu kita forward ke pacar baru dan teman dekat?

Begitulah pertanyaan yang keluar dari teman sebangku di kedai kopi semalam.

Diakui atau tidak kedai kopi adalah tempat pertukaran ilmu, informasi, bribikan, keluh kesah, hingga hal-hal remeh macam melepas penat dan mencari tempat tidur.

Namun pilihan terakhir tidak sering dilakukan bila teman sebangkunya asik minimal dari asik adalah tidak asik sendiri.

Pada akhirnya nanti pemilik kedai kopi akan mengklaim tempatnya sebagai poros utama perputaran pengetahuan atau ekonomi berkedok literasi dan itu tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar.

Bingung kan, la iya jelas bingung, kenapa klaim itu menutup kebenaran lain bahwa tempat itu sebenarnya hanyalah kedai kopi (terutama yang buka 24 jam) sedangkan kenyataanya kedai kopi tak ubahnya pos kamling.

Dan diluar klaim realitas memang terus berjalan dan kedai kopi akan selalu riuh bagai gerimis atau terminal dan stasiun.
Aku menatap langit, langit tak peduli tapi bulan yang menggantung di langit kian putih seakan menatap padaku. 
Saat itulah teman-teman sebangku Bitter Coffee Park cerita bahwa mantannya sering kirim pesan teror gitu.

Bayangkan saja bisa sehari 5 kali kirim pesan (udah kayak Pancasila), Boi. Saya pikir-pikir kok ya malu kalau mau balikan sama dia. Apalagi dia kirim pesan begituan karena sudah punya pacar baru yang dijadikan story.

Ia meletakkan hapenya sebelum bicara panjang lebar.
Ia sudah punya pacar baru, kamu juga sudah. Kebutuhan apa lagi yang perlu dilakukan bagi kalian yang sudah pisah? Hidup di masa lalu?
teman Bitter Coffee Park langsung menganalisis tanpa disuruh.

Bitter Coffee Park masih terdiam dan mulai melihat asap lisong yang mengudara memenuhi cahaya lampu.

Entah mengapa setiap asap yang menguap akan membuat garis-garis lampu itu semakin indah.

Paling tidak jikalau kalian di kota, lihatlah lampu jalanan yang berdiri di tengah-tengah trotoar dan tiba saat embun membasahi bumi pemandangan jalan raya yang tersembunyi sedang Sahabat Bitter nikmati.

Dan teman-teman sebangku di kedai kopi masih berseteru atau mendengarkan yang sedang terkena teror dari mantannya.

Paling tidak saya jadi tahu, semua pertalian pertemanan kita adalah bom waktu!
begitulah pesan penutup dari teman sebangku dan kami kembali sibuk nge-game, buat story WhatsApp atau japri-japri teman lawan jenis, dan mungkin ada yang diam-diam mengetik di aplikasi Word lalu dikirim ke Terminal Mojok.

Bitter Coffee Park tidak pernah tahu satu sama lain secara berlebihan, hanya secukupnya dan sebutulnya.

Bahkan jarang sekali kalau para laki-laki macam kita saling ulur tangan dan sebut nama.

Apalagi cipika-cipiki, bisa dikatakan 1:1000 bukan sombong melainkan waktulah penentu kita kenapa harus kenal.

Dari awak kopi agak manis diletakkan di depan bangku ativitas Bitter Coffee Park memandang bulan dan garis-garis lampu membuat cerita lewat begitu saja. Saat itu menjelang sahur, Bitter Coffee Park dan si An membeli bahan-bahan mentah di toko sembako. Si An bukan teman sebangku Bitter Coffee Park di kedai kopi—yang pasti dia teman.

Kami berdua niat masak sahur dan seperti yang everybody know bahwa kami akan tidak pernah melewati proses makan, memasak, belanja dengan obrolan kosong.

Tentu kita membahas apa saja yang menarik dan asyik didengar.

Kata si An,
Ghibah menjadi legal saat menjadi karya fiksi. Kamu aman mas.
aku pun senyum dan terus berjalan pelan mengendarai motor menuju kosnya.

Jadi mas, setiap wanita itu punya kapasitas rindu lebih tinggi dari pada laki-laki.
sambil memotong cabe sesampainya di kos.

Beberapa perempuan itu wajar saja kalau bilang ke mantannya.
Ya... semacam sudah bahagia belum, udah dapat yang lebih baik dariku belum, selamat menempuh hidup baru, wahai Mantan.

Aku berdiri di sampingnya menghadap kompor berisi wajan, minyak, dan beberapa tempe yang berbaring di atasnya.

Ingatan pun pelan-pelan kembali saat tempe-tempe mentas dari wajan.

Namun si An lebih dulu nyerocos,
Ya kamu dengerin lagu itu lo, mas. Siapa deh penulis Dilan itu? 
Nah ya:
The Panas dalam yang punya imam besar bernama Pidi Baiq itu punya lagu keren dan solutif. 
Judulnya:
Tenang Saja.
tanpa di aba-aba pun dia bernyanyi.

Tenang saja, perpisahan tak menyakitkan
yang menyakitkan adalah bila habis ini saling benci
Bahwa kita pernah, selalu bersama-sama
lalu kita sadar bahwa kita harus berpisah.

Si An nyanyi begitu doang, lalu ia terangkan lagi tentang komunikasi hubungan dan psikologi pacaran serupa dosen Fakultas Humaniora gitu,
Mana ada yang mau berpisah mas? 
Mana ada perempuan ingin bersikap dewasa namun dihalang-halangin sama laki-laki dengan alasan kita lebay. 
Lalu dengan apalagi agar semua yang dilakukan perempuan itu tidak hanya di mata laki-laki.

Kami pun kenyang dan membikin tali simpul bersama-sama bahwa satu waktu Bitter Coffer Park bertemu dengan perempuan macam si An dan di waktu yang lain bertemu dengan orang macam teman-teman sebangku di kedai kopi.

Di sanalah Bitter Coffee Park ditempa untuk terus belatih menjadi pendengar yang baik, kemudian mencatatnya menjadi satu file ingatan hingga nanti dikembalikan ke khalayak umum lagi yang bukan diri Bitter Coffee Park.

Karena mau tidak mau, kisah dari luar diri Sahabat Bitter yang masuk, alangkah baiknya kembali keluar dari diri Sahabat Bitter di waktu yang lain guna berbagi pengalaman jejak kehidupan dengan media apapun yang kita punya dan sanggup dilakukan.

Aku membalas pesan dia kemudian,
Hai juga Mantan, saya bahagia seperti kamu bahagia sekarang.
NB:
Tidak Berani Terang-Terangan Bunyi Bahagia, jadinya Bahahia (BAHAHIA =Bahagia Hingga Nyata)

Whay????
Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari hati setiap manusia. Dicari, diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan kita. 

Arti kebahagiaan bagi setiap orang memang tak selalu sama karena kebahagiaan sering dipersepsikan sebagai ketercapaian atas sesuatu yang kita inginkan, kesuksesan atau kesempurnaan. 

Sejatinya, tidak ada kesempurnaan yang bisa membuat kita bahagia, tetapi kebahagian membuat hidup kita terasa sempurna. 

Setiap harapan dan kenyataan sebenarnya bisa membuat kita bahagia karena diri kitalah yang bisa menentukan, menjadi sumber, dan merasakan kebahagiaan itu. 
Apakah makna bahagia yang sesungguhnya? 
Bagaimanakah cara kita untuk bahagia?
Esensinya itu jika kamu mengenal JIMAT mu sendiri.
Jikalau kamu tau apa JIMAT mu.. kamu baru tahu esensi seberapa Ukuran Cinta kamu...
JIMAT = Jiwaning Kramat.. 

Seperti itulah bila kita mengupas perihal pacaran dan cinta di Warung Kopi.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT