Kasih Sayang Seorang Guru Untuk Bitter Coffee Park Dari Sebuah Cubitannya

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Kasih Sayang Seorang Guru Untuk Bitter Coffee Park Dari Sebuah Cubitannya
Malam itu Bitter Coffee Park duduk di Cafe dengan Putra Bitter Coffee Park sambil melihat kabar berita dari media online.

Disitu Bitter Coffee Park membaca berita adanya seorang guru yang di penjarakan Oleh Wali Murid karena anaknya di Cubit disekolahnya oleh Guru tersebut pada saat di Sekolahannya.

BITTER COFFEE PARK SEBENARNYA MUAK DENGAN GENERASI CENGENG SAAT INI
Tidak semua pukulan guru adalah kriminal!!! 
Wahai..., para orang tua (wali murid) Zaman Now, Generasi Micin.

KALIAN PILIH PENEGAKAN HAM DENGAN KONSEKWENSI AKHLAK ANAK KALIAN BOBROK 
atau 
PILIH GURU BISA MENDISIPLINKAN SISWA SERTA BERAKHLAK MULIA..???
HAM 
TAK PERNAH BERBUAT APA-APA
KETIKA AKHLAK ANAK KALIAN RUSAK, 
tetapi ketika anak dicubit untuk didisiplinkan HAM protes dan berbicara LANTANG
(Sebuah Pelajaran Berharga untuk orang tua/ walil murid)

Untuk Para Orang Tua atau Wali Murid....
Jika kalian marah ketika anak anda di hukum atau di Cubit, bikin sekolah sendiri aja..

Bitter Coffee Park dulu adalah seorang murid yang nakal, suka bikin onar dan gaduh dikelas.

Tidak jarang Bitter Coffee Park mendapat hukuman, cubitan dan bahkan tendangan maut dari sang guru.

Tapi, tidak pernah Bitter Coffee Park membenci guru-guru tersebut. Justru, guru yang seperti itu bagi Bitter Coffee Park adalah Guru yang menyayangi Muridnya agar dapat berubah lebih baik.

Apa yang kita dapat ketika sukses saat ini, dan menjadi apa yang kita dapatkan adalah adanya campur tangan dari Cubitan Seorang guru.

Pernah Bitter Coffee Park bertemu dengan guru Bitter Coffee Park yang sering dan hampir tiap hari menghukum dan mencubit Bitter Coffee Park.

Betapa Beliau bangga melihat anak didiknya sukses menggapai cita-citanya. Beliau memeluk Bitter Coffee Park dan menepuk Bahu Bitter Coffee Park dengan rasa haru dan bangga.

Terima kasih yang sangat luar biasa Bitter Coffee Park sampaikan pada guru tersebut. Karena, dari hukuman dan cubitan beliau lah Bitter Coffee Park merasa terpacu untuk selalu berbuat baik di kehidupan ini.

Tapi, apa yang terjadi di Fenomena saat ini membuat miris hati Bitter Coffee Park rasakan. Bagaiman tidak, begitu banya para guru yang dibui karena mencubit atau menghukum mutidnya.

Entah para wali murid yang alai atau muridnya yang cengeng. (Tidak mengerti arti disiplin)

Hanya sebuah pukulan ringan untuk membuat murid-murid menjadi disiplin, punya rasa tanggung jawab, dan mengerti etika serta sopan santun.

Padahal menurut Bitter Coffee Park, pukulan seperti itulah yang membuatnya memahami arti penting kedisiplinan, tanggung jawab, saling menghormati, tenggang rasa thd sesama, dan lain-lainya. 

Dan Bitter Coffee Park menyadari bahwa pukulan seperti itulah yang mampu mengantarnya menjadi Perawat di Salah Satu Rumah Sakit Terbesar di Jawa Timur seperti sekarang.

Dulu, saat Bitter Coffee Park nakal atau tidak disiplin, guru biasa menghukum Bitter Coffee Park. Bahkan mungkin pernah memukul Bitter Coffer Park. 

Saat Bitter Coffee Park mengadu kepada orang tua, mereka menasehati Bitter Coffee Park agar Bitter Coffee Park patuh pada guru dan mau berubah sesuai didikan guru. 

Hampir tidak ada orang tua yang menyalahkan guru, karena mereka percaya, itu adalah bagian dari proses pendidikan yang harus Bitter Coffee Park jalani. 

Buahnya, Bitter Coffee Park menjadi mengerti sopan santun, memahami adab, menjadi lebih disiplin. 

Bitter Coffee Park tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hormat kepada guru dan orang tua.

Tapi saat Bitter Coffee Park menjadi orang tua di zaman sekarang, tak sedikit berita orang tua melaporkan guru karena telah mencubit atau menghukum anaknya di sekolah dan sampai-sampai menjadi sebuah fenomena

Apakah guru-guru di saat ini harus membiarkan siswanya yang nakal dan tak mau didisiplinkan?
Apakah fungsi guru tinggal mengajar saja?
(Menyampaikan pelajaran, setelah itu, selesai)

Bukan lagi mendidik, walaupun mereka menyadari bahwa di samping mengajar, tugas mereka juga membimbing dan mendidik. 

Suatu saat fungsi pendidikan sudah mulai hilang karena tidak adanya pengertian dan kerja sama antara guru, orang tua, dan masyarakat, sehingga para guru menjadikan:
  • Mereka dengan berat hati terpaksa membiarkan anak yang nakal dan tidak disiplin serta tak tahu sopan santu itu;
  • Mereka enggan menghukum maupun memukulnya agar menjadi disiplin dan mengerti sopan santun; dan
  • Mereka khawatir tindakannya berbuntut panjang dan membuat mereka berurusan dengan pihak yang berwajib. 

Jangan salahkan guru jika murid-murid sekarang:
  • Pandai tapi tak berbudi pekerti luhur;
  • Cakap namun kurang mengerti etika yang baik;
  • Terampil tapi kurang hormat pada orang tua dan guru;
  • Pintar namun kurang bisa menghargai orang lain; dan 
  • Tidak bisa guru saja yang harus dikambinghitamkan bila hasil pendidikan di sekolah kurang sejalan dengan apa yang diharapkan orang tua. 
Bukannya para guru tidak mau mendidik muridnya jadi lebih baik, mereka takut dilaporkan oleh wali murid dengan tuduhan melakukan kekerasan dan penganiayaan terhadap anak seperti yang dialami teman-temannya.

Sudah beberapa guru dilaporkan wali murid sehingga mereka harus berurusan dengan polisi. Semuanya atas nama penegakan HAM dan Undang-undang perlindungan Anak. 

Tapi.....
Ketika moralitas anak bangsa hancur, akhlak generasi penerus bangsa bobrok, pernahkah merema yang mengatasnamakan HAM dan organisasi sejenisnya membuat aksi nyata untuk melakukan perbaikan moral dan akhlak anak bangsa???

Semoga dengan tulisan ini, Bitter Coffee Park dan para orang tua atau wali murid, bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan guru. 

Kita saling mempercayai dan bersinergi untuk menyiapkan sebuah generasi masa depan. 

Bukan hubungan atas dasar transaksi yang rentan lapor-melaporkan. 

Bukan mencari pembenaran atau menyudutkan salah satu pihak.

Tapi.....
Bitter Coffee Park merasa saat ini juga sebagai Orang Tua bagi anak-anak Bitter Coffee Park yang menitipkan pendidikan ke pada para Guru-Guru ditempat anak-anak Bitter Coffee Park Bersekolah.

Dan demi membangun karakter posisitf anak bangsa untuk Indonesia Raya Tercinta Yang Berdaulat dan Berjaya.

Terima Kasih Para Guruku..
Engkaulah Para Dewa yang di utus Sang pencipta untuk mengjarkanku tentang nilai kebaikan...
Dan untuk anak-anakku ketika kamu disekolah, patuhi Gurumu, hormati Gurumu dan sayangilah Gurumu.. karena aku (Orang Tuamu) telah mempercayakan Gurumu untuk mendidikmu..
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT