Cabuli Diri Sendiri Di Wisata Lendir (ikeh-ikeh kimochi, haik!)

Ini pengalaman seorang buruh, seorang buruh migran yang mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian di luar negeri. Tsah.

Aku menjadi staff di salah satu kasino Macau berkat persaingan ketat.

27 orang dari berbagai belahan negara datang bersamaan di kantor HRD untuk jadwal interview memperebutkan pekerjaan yang notabene kategori grade A1.

Ada yang berkebangsaan India, Nepal​, Philippines, Myanmar dan Vietnam tumplek blek hari itu.

Aku mafhum bahwa persaingan memperebutkan pekerjaan tidaklah mudah lagi untuk orang asing macam kami.

Yang membuatku takjub, mereka yang datang rata-rata cantik, tinggi semampai, dan sessi. Sedang aku gendut, hitam dan jerawatan.

Sebuah kekontrasan produk ideal "sedap dipandang" masa kini.
Minder itu pasti, malu ...wah, apalagi.

Kepercayaan diriku tergerus seiring kibasan rambut indah mereka yang wangi-wangi.

Aku gugup, dan tak nyaman dengan situasi ini. Aku tahu sainganku berat, aku berhitung dan menemukan kenyataan bahwa aku tersudut.

"Semoga ada keajaiban" doaku berkali-kali mematut-matut diri dibalik blazer hitam pinjaman.

HRD memanggil kami semua untuk masuk ruangannya. Kami dibariskan menjadi satu barisan memanjang.

Oke karena terlalu banyak yang datang hari ini sedang waktu kami sedikit, kami hanya akan menginterview orang-orang.
kata HRD membuka percakapan.

Jadi apakah kalian siap?
tanyanya.

Siap.....
jawab kami semua.

Perhatikan baik-baik apa yang saya ucapkan, saya tak akan mengulang lagi.
Saya minta semua dari kalian yang bisa berbahasa inggris maju satu langkah kedepan.
salah satu HRD berbicara.

Aku maju. Aku tengok ke belakang, 5 dari 27 orang tertinggal, yang artinya kelima orang tersebut tak bisa bahasa inggris. Oke, fine. Aku mulai agak bisa tenang. Kini 22 orang sebaris denganku.

Oke, interesting. Aku mau yang bisa berbahasa kantonis maju lagi satu langkah.
ujar HRD melanjutkan.

11 dari 22 orang tertinggal, kulihat mereka rata2 orang Philippines.

Sang HRD mulai tersenyum. Dia melanjutkan.
Saya mau yang bisa berbahasa mandarin maju lagi satu langkah.

Menyisakan 5 orang saja dari 11 orang filteran terakhir. Aku mulai mengumpulkan sisa-sisa kepercayaan diriku yang tadinya berserak.

Yes, tinggal 5 lagi!
aku membatin.

Aaah tugas kami jadi mudah ya, oke, kalian satu-satu masuk ruangan ya.
kata sang HRD.

Kami masuk satu per satu ke ruangannya, aku mulai komat kamit tak jelas. Tak bisa memprediksikan pertanyaan apa yang akan ditanyakan nanti. Sambil gelisah membolak-balik CV yang ku masuk-keluarkan map merah jambu hingga tiba giliran dipanggil. Aku ditanyai mulai dari lulus pendidikan apa, pengalaman kerja, tes psikologi, lampiran tes kesehatan terakhir, dan kemampuan lainnya oleh 4 orang berbeda.

Kami butuh orang yang tingginya 160 cm up, coba tolong berdiri, berapakah tinggi anda?
tanya salah satu dari mereka sambil membaca CV-ku.

163 cm, sir....
jawabku sopan.

Oke, jadi kupikir kami butuh syarat lain ya, bisakah anda berbahasa asing lainnya selain 3 bahasa tersebut, coba kami ingin mendengar anda berbahasa lain, Korea atau Jepang misalnya.
tanya salah satu dari mereka sambil membaca CV lainnya.

Korea saya bisa, Sir...
kataku berapi-api.

Anneyong haseo, hamsahamida.
Untung aja aku demen nonton drama korea jadi kata-kata macam ini sangat familiar tanpa harus dihapal.

Kalau Jepang bisa ya?
tanya HRD.

Bisa, sir....
Konichiwa, konbanwa, arigato gosaimazu, watashiwa indomie ga suki, kawai, ikeh-ikeh kimochi, haik!
tutupku sambil membungkukkan badan menyebutkan apa yang kuingat dari bahasa Jepang.

Mereka mulai tertawa terbahak-bahak sampai keluar airmatanya.

Aku bengong, hal ini kuucapkan reflek saja sesuai ingatanku.
Thank you, please wait in outside!

Seketika mereka menyuruhku keluar sambil terpingkal- pingkal memegangi perutnya.

Tadinya kupikir mereka mentertawakan iklan Indomie yang kubawa-bawa dalam interview, aku merasa tak ada yang salah, kan yang penting konteksnya bahasa Jepang toh?

Aku masih bisa mengingat iklan mie instan itu yang diviralkan dalam bahasa jepang, tapi sungguh aku tak bisa mengingat kata-kata 'ikeh ikeh kimochi' itu kudapat darimana ya?

Keluar dari ruangan, kutelpon temanku yang bisa berbahasa jepang,
Eh, 'ikeh-ikeh kimochi' apaan sih, lupa nih, kasih tahu dong!?

Guoblok, itu ujaran enak-enak di film JAV! Hahaha!
tawa derainya menyadarkanku seketika.

Ini mengerikan, pantas saja para HRD tertawa lepas macam orang dapat undian. Aku menyeringai bodoh.

Tak lama HRD memanggilku kembali keruangannya.

Dan memberitahukan aku satu-satunya yang diterima dari keseluruhan 27 orang dan besok mulai dipekerjakan di kantor tersebut.

Sambil masih tertawa-tawa mereka menyalamiku,

Welcome to join with us, ikeh ikeh kimochi!
Sejak itu cabullah diri ini, pulang kerumah segera kuusap-usap tanah di badan, mandi jinabat, pasang dupa tujuh rupa. Hahahaha!
☆☆☆☆☆

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT