Apa kebohongan terbesar dalam sejarah Indonesia?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Apa kebohongan terbesar dalam sejarah Indonesia?
Kali ini Bitter Coffee Park akan mengtip Jawaban di Quora dari:
Agraprana Pahlawan
Agraprana Pahlawan, belajar Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran (2021)


Angrapraba Pahlawan menulisakan 2 jawaban tentang kebohongan terbersar sejarah Indonesia, yaitu:
  1. Kebohongan mengenai peristiwa G30S PKI; dan
  2. Kebohongan mengenai referendum Papua. 
Kebohongan mengenai peristiwa G30S PKI.
Salah satu narasi yang menunjukkan Gerwani menyayat-nyayat alat kelamin para jendral. Namun, hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan tanda-tanda tersebut. 

Bahkan, rekayasa kasus tersebut pun terinsipirasi dari sebuah film. 

Suharto sepertinya ingin mendiskreditkan sekaligus menumpas gerakan-gerakan progresif khususnya dari kelompok kiri dan wanita.

Hasil autopsi ini, tulis Anderson, diulas pertama kali oleh dua koran milik ABRI yaitu Angkatan Bersendjata dan Berita Yudha. 

Namun menurut Anderson, informasi yang diterbitkan koran itu terlalu terburu-buru padahal autopsi belum juga rampung. Dalam laporannya, kedua koran menyebutkan bahwa para jenderal disiksa sebelum dibunuh.

Peran Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) juga dijelaskan secara horor. Anggota Gerwani disebut menyiksa para jenderal dengan silet dan pisau kecil, memotong-motong anggota tubuh mereka, bahkan kemaluan.

Pada 13 Desember, Angkatan Bersendjata menuliskan bahwa anggota Gerwani menari telanjang yang dikenal dengan "Tari Harum Bunga" atas perintah DN Aidit. Setelah itu mereka disebut pesta seks dengan anggota organisasi pemuda Partai Komunis, Pemuda Rakjat.

Sebelumnya pada 6 November, dalam tulisan Anderson, ABRI merilis pengakuan pemimpin Gerwani bernama Djamilah asal Pacitan. Wanita yang tengah hamil tiga bulan ini mengaku diberi pisau lipat dan silet oleh Gerakan 30 September.

"Lalu mereka, seratus di antara mereka, mematuhi perintah dari pria yang sama, menyayat dan mengiris alat kelamin para jenderal yang diculik," tulis Anderson.

Mereka yang dibunuh di Lubang Buaya tewas ditembak mati di tubuh atau kepala. Beberapa mengalami patah tulang akibat pukulan popor senapan atau dibenturkan dengan benda keras.

"Tidak ada satu pun dari laporan ini yang menunjukkan tanda penyiksaan, dan bekas silet atau pisau juga tidak ada," tulis Anderson lagi.

Anderson menyinggung soal pernyataan Presiden Sukarno kepada Antara pada 12 Desember 1965 yang mengkritik para jurnalis karena berlebihan memberitakan.

"[Sukarno] mengatakan bahwa para dokter yang memeriksa jasad para korban melaporkan tidak ada mutilasi mengerikan pada mata atau alat kelamin seperti yang diberitakan media," tutup Anderson dalam laporannya itu.

Kebohongan mengenai referendum Papua. 
Di dalam kurikulum sekolah, dijelaskan bahwa masyarakat Papua menerima referendum Papua dan berintegrasi dengan Indonesia. Padahal, semua itu dilakukan dengan intimidasi.


Dalam laporannya, Wanandi menyebut jika diadakan pemungutan suara di tahun 1968, Indonesia pasti kalah dan harus angkat kaki Papua. Wanandi usul, sebaiknya pemungutan suara ditunda sampai 1969. Bisa jadi, laporan Wanandi inilah yang membuat Soeharto dan jajarannya panik kehilangan Papua dan segera memakai cara “kekeluargaan” yakni musyarawah yang hanya diwakili orang-orang tertentu saja. Repos sudah jadinya jika semua orang Papua memilih.

“Pada 1969, akhirnya hanya 1.025 orang dipilih oleh pihak Indonesia untuk 100 persen mendukung integrasi dengan Indonesia. Mereka diancam dan dipaksa memilih Indonesia. Ini secara prinsip bertentangan dengan Perjanjian New York,” kata Filep.

Banyak orang Papua, seperti yang didengar Filep dari banyak orang-orang tua Papua, lebih suka referendum one man one vote.

“Mereka yang ingin referendum ditangkap tentara,” kata Filep. “Ibu teman saya lebih suka one man one vote maka dituduh mendukung Papua Merdeka. Ditangkap militerlah dia, dipenjara dan diinterogasi.”

Untuk lebih lengkap, silahkan lihat catatan kaki.

EDIT: Film yang menginspirasi pembuatan narasi penyayatan alat kelamin adalah film Hollywood oleh CIA. Saya lupa judul filmnya dan saya juga lupa link yang dimaksud.

Catatan Kaki

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT