Bagaimana cara menumbuhkan nilai kebangsaan dan kesatuan pada era saat ini (Pemilu 2019)?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Bagaimana cara menumbuhkan nilai kebangsaan dan kesatuan pada era saat ini (Pemilu 2019)?
Disaat semua unsur keterwakilan masyarakat tengah berupaya mensukseskan jalannya pemilu 2019 tapi, ada saja pihak yang dalam kapasitas tidak jelas mengeluarkan sesumbar. 

Dari mengatakan aneka bentuk kecurangan hingga ujaran yang mengarah pada ancaman untuk menggerakkan massa menolak hasil pemilu. 

Anehnya, gertak atas nama people power sebagai salah satu bentuk gerakan ekstra parlementer itu hanya ditujukan pada pemilihan presiden. 

Dimana jika incumbent dinyatakan menang, maka pihak lawan yang dalam hal ini diwakili oleh salah satu tim sukses senior konon akan mengerahkan kekuatan ekstra parlementer. 

Terkesaan kondisi ini menyimpulkan bahwa terdapat pihak yang tidak siap kalah, dan KPU selalu salah di mata yang kalah.

Para elite poltik kontestasi politik Pemilu 2019 sudah memberikan keteladanan serta menunjukkan sikap untuk meredakan polarisasi. 
  • Apakah masyarakat mau menerima dan mengikuti? 
  • Apakah masih hidup di dalam dunia sendiri tidak peduli persatuan dan kesatuan NKRI?
Sebaiknya masyarakat dapat dengan cerdas untuk melihat dan menilai apa yang terjadi sejujurnya. 

Hargai kerja keras KPU sebagai penyelenggara yang sudah optimal melaksanakan Pemilu 2019 dengan lancar dan damai. 
Kalau masih terdapat ketidak sempurnaan maka harus diperbaiki secara besama-bersama agar Pemilu ke depan menjadi lebih baik lagi. 

Saat ini pasca Pemilu yang dibutuhkan yaitu merekatkan kembali persatuan dan hidup damai untuk melangkah kedepan memajukan Indonesia. 

Siapapun pemenangnya adalah Rakyat, Mari kita dukung hasil Pemilu secara resmi dan konstitusional yang akan diumumkan oleh KPU pada 22 Mei 2019. 

Jangan terprovokasi oleh ajakan cara-cara inkonstitusional yang memiliki agenda lain untuk menghancurkan bengsa kita. 

Pesta demokrasi sejatinya hanyalah sebuah alat atau mekanisme untuk menentukan siapa yang terbaik dari antara putra-putri terbaik ibu pertiwi, untuk memimpin dan menahkodai perjalanan bangsa Indonesia kedepan dan siapapun yang terpilih dialah yang memang dikehendaki oleh rakyat dan semua seharusnya wajib saling mendukung demi kemajuan dan persatuan Indonesia. 

Kenapa kita tetap harus bersatu?? 
Marilah kita ingat kembali sejarah kita darimana kita berasal.
Kita ingat berdirinya Budi Utomo yang menjadi salah satu faktor penting bangsa kita bangsa Indonesia bisa merdeka karena Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908 itu adalah organisasi yang bersifat persatuan nasional (kebangsaaan) pertama yang berdiri di tanah air Indonesia dan menjadi cikal bakal berdirinya organisasi-organisasi persatuan nasional lain yang memperjuangkan kemerdekaan.

Tolak segala bentuk delegitimasi Pemilu 2019 dan lawan Hoax.
Mari kita Rajut Persatuan Kembali Pasca Pemilu dan Menolak Provokasi.
Mari Tolak Provokasi Delegitimasi Pemilu Yang Memecah Belah Bangsa.
Jaga Kemurnian Suara Pemilih.
Sahabat Bitter tidak akan pernah kehabisan bahan untuk membicarakan tema yang satu ini. 

Apalagi untuk negara sekelas Indonesia yang katanya negara yang paling demokratis di dunia. 

Wajar saja sebenarnya, toh akibat adanya sistem yang terlalu demokratis lah sampai-sampai kita rakyat yang tak tau apa-apa ini selalu dipertotontonkan dagelan-dagelan politik yang tidak akan ada habisnya.

Apa yang terlihat sekarang, hanya seperti kumpulan teatrikal-teatrikal monoton yang tak lebih lucu dari pada apa yang pernah ditampilkan Opera van Java. Lebih menguras emosi penonton dibandingkan menonton sinetron sekelas “Tersanjung” atau “Cinta Fitri” yang pada masanya terlihat seperti tak ada habisnya. 

Salah seorang sastrawan Sahabat Bitter malah menyebutkan apa yang ditampilkan politisi sekarang seperti dagelan-dagelan sampah.

Dagelan-dagelan yang ditampilkan sungguh menyayat hati. 

Padahal banyak diluar sana urusan-urusan negara yang lebih penting.

Rupiah yang terus merosot tajam, angka kemiskinan yang terus meningkat maupun harga kebutuhan pokok yang terus meninggi walau harga BBM telah diturunkan oleh pemerintah.

Seandainya saja kita sadar bahwa negara ini dibangun oleh para cendikiawan dan intelektual muda yang rela mengorbankan umur dan waktunya untuk memikirkan bagaimana mencari bentuk ideal tentang negara dan sistem yang mensejahterakan rakyat, tentu saja kita akan kecewa dengan politisi yang ada saat ini. 

Tingkah laku mereka menjadikan pollitik sebagai dagelan dan harus berujung dengan pencitraan negatif masyarakat tentang politik. 

Contohnya, lihat saja bagaimana mereka para politisi itu berebut memasang baliho-baliho demi merebut simpati rakyat. 

Namun yang terjadi malah sebaliknya, justru dengan tagline-tagline mereka, baliho tersebut terlihat memuakkan.

Yah, sebenarnya banyak hal yang Bitter Coffee park mau bahas disini.

Tapi ya sekali lagi Bitter Coffee Park bilang, membahas hal ini kita tidak akan kehabisan bahan tulisan. 

Sebagai rakyat biasa yang katanya pemegang konstitusi tertinggi, kita hanya bisa sebagai penikmat. 

Ya nikmati saja dagelan yang ditampilkan, ini ikan lumayan bisa jadi bahan pembicaraan di warung kopi.

Dagelan politik Indonesia, masihkan bukan urusan Bitter Coffee Park?
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT