Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Dimualai Darimana Jikalau Kita Mulai Belajar Agama Islam?
Dimulai dari yang paling penting dan paling aplikatif dulu.!!!
Dari pelajaran akidah dasar dulu, rukun-rukun iman.
Rukun iman yang pertama mempelajari tentang Tauhid yang merupakan inti keimanan kepada Allah, seperti tafsir kalimat la ilaha ilallah, pengertian ibadah, jenis-jenis ibadah, definisi syirik, jenis-jenis syirik, dan sedikit kaidah tentang nama dan sifat Allah.
Materi tauhid ini bisa dikatakan paling penting karena ini pokok agama dan termasuk penjabaran rukun iman pertama.
Dengan paham tauhid, seseorang bisa lebih mengenal Tuhannya.
Biasanya pembahasan tentang Tauhid ini dipisah dari pembahasan tentang rukun iman yang lain karena pentingnya hal tersebut.
Menjadi ironi ketika seorang Muslim tidak mengenal Tauhid dengan benar.
Ia bisa saja merasa sedang berjihad, tapi sambil membawa jimat dengan keyakinan benda itu dapat melindunginya dari bahaya.
Kadang ia semangat membela agama, namun masih percaya dengan angka-angka keberuntungan.
Ia melompat pada hal yang tinggi tapi melupakan perkara pokok yang mendasar yang bisa membatalkan syahadatnya.
Sembari belajar akidah, kita juga bisa belajar materi fikih sehari-hari.
Dimulai dari fikih taharah, salat, dan puasa.
Metode paling baik untuk pemula mempelajari fikih adalah dengan mempelajari matan.
Matan adalah kitab ringkas berisi kesimpulan-kesimpulan pembahasan tanpa penyebutan dalil.
Contoh matan terkenal dalam mazhab Syafii adalah matan Abu Syuja (Ghayah wa Taqrib) yang dipelajari di banyak madrasah.
Terjemahnya sudah tersedia banyak. Rekaman videonya pun sudah banyak, tinggal mendengar dan mencatat.
Untuk pemula dalam fikih, tidak disarankan langsung masuk ke kitab yang berisikan penjabaran panjang dan masalah silang pendapat.
Penjabaran dan silang pendapat memang membuat seseorang terlihat keren dan berwawasan, tapi bukan demikian metode para ulama menuntut ilmu.
Salah satu yang tidak kalah penting dipelajari pemula di awal-awal adalah adab penuntut ilmu.
Hal ini penting sekali agar seorang bisa tetap ikhlas, tawadhu, tahu diri, dan berhias dengan perangai seorang yang belajar agama.
Ini karena tidak sedikit orang yang baru belajar beberapa jurus tapi sudah menantang semua orang untuk berduel.
Karena ketiga hal di atas adalah materi ringkas dan tidak cukup berat, biasanya masih memungkinkan utuk dipelajari secara paralel.
Artinya kita tidak harus menunggu satu selesai baru dilanjutkan yang lain.
Tinggal bagaimana mengatur jadwal saja, misal senin akidah, rabu fikih, sabtu adab. Ahad ikut pengajian tematik. Masing-masing satu jam, misalkan:
Tauhid, berbakti kepada orangtua, fiqh sehari-hari.
Jika Sahabat Bitter mau belajar agama Islam, Bitter Caffee Park asumsikan Sahabat Bitter belum pernah belajar sebelumnya. Artinya, Sahabat Bitter adalah orang awam. Sebagai orang awam, bertindaklah seperti orang awam.
Maksud Bitter Coffee Park begini:
Buat permulaan belajar, lupakan tajwid, studi hadist, dan semacamnya.
Itu adalah pelajaran untuk orang yang benar-benar mau belajar agama dengan serius.
Dengan kata lain, itu bukan untuk orang yang sangat awam dan baru mau belajar.
Justru, jika ada tiga (3) hal yang harus dipelajari, ini menurut saya 3 hal itu:
- Tauhid
- Birrul walidain (berbakti kepada orangtua)
- Fiqh sehari-hari (misal wudhu, sholat, sedekah dst)
Pertama, mengapa perlu mempelajari tauhid lagi?
Bukankah kita sudah syahadat?
Sebab, itu hal terpenting dan utama. Sebagian muslim abai terhadap hal ini.
Dikiranya, Tauhid hanya mengucapkan syahadat saja.
Itu secara globalnya.
Untuk rincian tauhid nya ada banyak hal lagi dan ini sebenarnya prioritas untuk dipelajari bahkan sebelum hal-hal lain.
Bitter Coffee Park ambil contoh satu hal saja ya.
Salah satu cabang Tauhid adalah tidak boleh merasa sial dengan pertanda apapun.
Misal, dahulu di Makkah saat orang-orang mau melakukan perjalanan, mereka minta pendapat ke dukun.
- Si dukun kemudian melakukan semacam ritual dan menerbangkan burung.
- Jika si burung terbang ke kiri, berarti jangan melanjutkan perjalanan.
- Jika si burung terbang ke kanan, maka lanjutkan perjalanan.
Artinya:
Kita sebagai manusia mengandalkan keputusan kita dengan terbangnya burung.
Ini membuat Tauhid kita cacat karena kita merasa sial dengan terbangnya burung.
Padahal tidak ada hubungannya.
Jika belum jelas, saya akan ambilkan contoh yang ada pada masa sekarang, misalnya adalah:
Angka 4 atau burung gagak. Di sebagian masyarakat Jepang (saya tidak tahu ada di masyarakat Indonesia atau tidak), ada anggapan angka 4 pembawa sial.
Jadi kadang jika ada sebuah gedung, setelah lantai 3 loncat ke lantai 5, tidak ada lantai 4.
Ini membuat kita ketakutan dengan hal yang tidak make sense dan membuat tauhid kita cacat.
Berbeda dengan prediksi cuaca misalnya.
Kita tidak jadi keluar rumah karena ada prediksi hujan badai.
Ini tidak membuat tauhid kita cacat, soalnya prediksi cuaca itu make sense, memang ada perhitungannya.
Jika tauhid ini dipelajari dengan benar, kita akan terlahir lagi sebagai manusia yang super kuat secara mental karena tidak terpengaruh apapun, sangat berani dan perhitungan, dan tidak takut apapun kecuali kepada Allah.
Kedua, mengapa malah belajar berbakti kepada orangtua?
Sebab, itu amalan terbaik kedua setelah tauhid.
Banyak orang yang “salah fokus” dalam berbuat baik.
Ia berbuat baik kepada teman-temannya, kolega bisnisnya, tapi ia tidak peduli kepada orangtuanya.
Padahal perbuatan baik yang terbaik itu berbakti kepada kedua orangtua.
Ibaratnya, birrul walidain ini seperti pesawat jet.
Ia akan membawa kita meraup pahala banyak sekali dengan kilat dan mengejar ketertinggalan kita yang selama ini mungkin abai terhadap amal-amal baik.
Selain itu, orangtua pun akan bahagia setelah tahu anaknya makin berbakti setelah belajar agama.
Mereka akan makin mendukung Sahabat Bitter belajar agama.
Bahkan, bisa jadi mereka pun akan penasaran kenapa Sahabat Bitter bisa jadi lebih berbakti dan orangtua Sahabat Bitter pun mulai ikut belajar agama.
Jangan sampai Sahabat Bitter belajar agama tapi malah durhaka, misalnya jadi bicara kasar kepada orang tua, menghakimi orang tua dan bilang bahwa mereka sesat padahal mereka tidak tahu, dan semacamnya.
Ada ulama yang berkata begini kira-kira,
Andai saya disuruh memilih antara memijit kaki ibu saya dan sholat malam, tentu saya akan memilih memijit kaki ibu saya.
Ya, sebab memang itu amalan yang tak terukur besar pahalanya.
Ada seorang mentor bisnis yang share insta story nya sedang mengeluarkan duri-duri dari ikan, lalu menyuapi ibunya.
Orang-orang bertanya:
Ibunya sedang sakit ya? sakit apa?
Dia menjawab di insta story nya begini:
Banyak yang nanya ke saya ibu saya sakit apa. Ibu saya sehat kok.
Terus kenapa saya ngeluarin duri dari ikan dan menyuapi ibu?
Ini bentuk bakti saya.
Memangnya kalian tega kalau ibu kalian kena duri ikan saat makan ikan?
Bitter Coffee Park langsung mind-blowing saat membaca itu.
Ada lagi sebuah kisah fiksi:
Bagaimana jikalau orangtua Sahabat Bitter non-muslim, akhrnya Sahabat Bitter tidak mau berbakti kepadanya!
Tahukah Sahabat Bitter Bahwah ada kisah seorang Sahabat Nabi (Bitter Coffee Park lupa namanya siapa) yang ibundanya penyembah berhala, lalu pada suatu hari ibunya mogok makan karena anaknya masuk Islam.
Sahabat Nabi lalu mengadu kepada Rasulullah sambil menangis, lalu Rasulullah tetep menyarankan kepada sahabatnya dan beliau menyuruh sahabatnya ini berbuat baik kepada ibundanya.
Maka, sahabat tadi pun pulang dan selalu memasak makanan, menyiapkannya di piring, lalu menghidangkan ke ibundanya terus-menerus setiap hari?
Sampai-sampai ibundanya luluh hatinya.
Bitter Coffee Park bisa membayangkan di awal-awal, mungkin ibundanya menolak sampai melempar piring, tapi si Sahabat Nabi tidak patah semangat.
Sahabat Nabi terus membeli bahan makanan, memasak, dan berusaha menyuapi ibundanya sambil menungguinya di sampingnya.
Begitulah, untuk sebagai awal, belajar ulang lah untuk berbakti kepada orangtua.
Ketiga, fiqh sederhana terkait ibadah sehari-hari. Mengapa ini perlu?
Jelas, karena Sahabat Bitter melakukan fiqh itu setiap hari.
Bisa jadi sholat Sahabat Bitter selama ini tidak sempurna.
Nah, dengan mempelajari ulang cara sholat, Sahabat Bitter bisa memperbaikinya. Ini sangat jelas.
Bitter Coffee Park ambil contoh sholat ya. Kata ustad Adi Hidayat, ada 3 (tiga) hal yang dipelajari dalam shalat:
- Bacaan shalat
- Gerakan shalat
- Makna shalat
Kata Ustadz Adi Hidayat (UAH), masalahnya adalah (dan Bitter Coffee Park setuju) banyak pelajaran shalat entah di pesantren, pengajian, atau di buku pelajaran shalat, cuma memberitahu dua poin yang atas, entah kenapa.
Bacaan shalat dan gerakan shalat dipelajari, tapi makna shalat malah tidak dipelajari.
Akibatnya, orang tahu bacaan shalat dan bisa shalat tapi tak tahu artinya.
Ia tidak tahu maknanya buat kehidupannya.
Akhirnya hidupnya begitu-begitu saja.
Padahal kata UAH, orang yang paham bacaan, gerakan, dan makna shalat, akan terjadi revolusi di hidupnya.
Atau ambil contoh sedekah.
Mungkin selama ini kita sedekah pengemis, tapi tahukah Sahabat Bitter urutan memberikan sedekah secara fiqh nya?
Mudahnya, jika Sahabat Bitter memiliki uang, siapa yang berhak Sahabat Bitter beri sedekah pertama kali? Kira-kira urutannya adalah:
- Diri sendiri
- Orangtua
- Keluarga inti (adik atau kakak)
- Saudara dekat (nenek, kakek, sepupu, dan semacamnya)
- Keluarga besar
- Orang lain (tetangga, sahabat, teman, yayasan, dst)
Urutan ini memang tidak wajib, tapi secara fiqh sejauh yang saya tahu seperti itu.
Nah, coba lihat urutannya, menarik kan?
Diri sendiri ada di urutan pertama dan orangtua di urutan kedua.
Kita balik lagi ke poin dua yaitu berbakti kepada orangtua.
Jawaban Ibnu Ruslan
Ibnu Ruslan mengatakan dalam Shofwatuz Zubad bahwa setiap muslim wajib mengetahui tiga hal:
- Tauhid dasar,
- Ilmu fiqih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya,
- Ilmu tentang penyakit-penyakit hati seperti hasud, dendam, sombong, dll
dan cara mengobatinya.
Selain ketiga ilmu itu hukumnya adalah fardhu kifayah.
Fardhu kifayah adalah kewajiban yang jika dalam suatu daerah sudah ada yang melakukannya, maka telah gugur dosa semua orang di daerah itu, namun jika tidak ada sama sekali maka semuanya berdosa.
Tauhid Dasar, seperti sifat-sifat Allah dan para Nabi/ Rasul-Nya.
Ilmu fiqih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya, seperti tatacara bersuci, tatacara shalat, puasa, zakat dan haji jika memang dia sudah berkewajiban, hukum-hukum yang berkaitan dengan jual beli bagi mereka yang melakukan transaksi jual beli dan ilmu tentang hukum-hukum dasar dalam profesi yang mereka tekuni.
Adapun hukum belajar hal-hal seperti zakat dan haji bagi yang belum berkewajiban maka hukumnya fardhu kifayah.
Ilmu tentang penyakit-penyakit hati seperti hasud, dendam, dengki, sombong, dll dan cara mengobatinya.
Nah, mengabaikan ketiga hal di atas (tauhid, birrul walidain, dan fiqh sehari-hari), tapi malah lompat ke pelajaran-pelajaran lain seperti tajwid, hukum-hukum fiqh, dan nahwu, dan lain-lain, menurut Bitter Coffee Park hasilnya tidak akan maksimal.
Sahabat Bitter melakukan WHAT tapi WHY nya belum merasuk ke dalam jiwa Sahabat Bitter.
Sahabat Bitter hanya akan merasa hampa dan hati Sahabat Bitter merasa sempit.
Sahabat Bitter akan kelelahan belajar karena Sahabat Bitter tidak bisa menggapai dasar samudera ilmu yang sangat luas.
Akhirnya Sahabat Bitter akan bosan, berhenti belajar, dan berpikir agama Islam menyusahkan.
Padahal yang menyusahkan diri sendiri adalah Sahabat Bitter sendiri.
Mungkin Sahabat Bitter belajar sendiri, sumber belajarnya keliru, atau prioritas belajar Sahabat Bitter berantakan sehingga Sahabat Bitter pun jadi malas belajar lagi.
☆☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT