Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Mengenal Seni Tradisional Bantengan Dari Ki Jati Kelana
Ki Paut Anomsari Dan Ki Jati Kelana |
Menyan Terbakar.....
dan.......
Buuuuasssss..........
Atraksi Di mulai....
Pada pertengahan bulan November 2018, Bitter Coffee Park mencoba lebih mengenal kesenia Seni Tradiaional Bantengan dari Ki Jati Kelana (Seniman Tradisional Bantengan) yang di selenggarakan di Gedung Cak Durasim Surabaya.Bitter juga sempat memegang kepala Reog Bantengan tersebut. Dan dalam pertujukan tersebut juga sempat terjadi Kesurupan Masal. Hapir seluruh peserta bahkan penonton juga mengalami fenomena kesurupan. Namun, Ki Jati Kelana mampu mengontrol semuanya.
Bay The Whay.....
Tahukah Kamu apa itu kesenian Tradisional Bantengan???
Berikut Ulasannya..???
Secara Definisi
Seni Tradisional Bantengan adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik, dan syair/ mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.
Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap “trans” yaitu:
Tahapan pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan).
Sejarah Bantengan
Aksi Ki Paut Mencoba Beratraksi Dengan Reog Bantengan. |
Seni Bantengan yang telah lahir sejak jaman kerajaan jaman Kerajaan Singasari (situs candi Jago – Tumpang) sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat.
Walaupun pada masa kerajaan Ken Arok tersebut bentuk kesenian bantengan belum seperti sekarang, yaitu berbentuk topeng kepala bantengan yang menari.
Karena gerakan tari yang dimainkan mengadopsi dari gerakan Kembangan Pencak Silat.
Tidak aneh memang, sebab pada awalnya Seni Bantengan adalah unsure hiburan bagi setiap pemain Pencak Silat setiap kali selesai melakukan latihan rutin.
Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina.
Walaupun berkembang dari kalangan perguruan Pencak Silat, pada saat ini Seni Bantengan telah berdiri sendiri sebagai bagian seni tradisi sehingga tidak keseluruhan perguruan Pencak Silat di Indonesia mempunyai Grup Bantengan dan begitu juga sebaliknya.
Perkembangan kesenian Bantengan
Ki Jati Kelana |
Perkembangan kesenian Bantengan mayoritas berada di masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur tepatnya Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro.
Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan.
Kostum bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng.
Bantengan ini selalu diiringi oleh sekelompok orang yang memainkan musik khas bantengan dengan alat musik berupa gong, kendang, dan lain-lain.
Kesenian ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, satu di bagian depan sebagai kepalanya, dan satu di bagian belakang sebagai ekornya.
Dan biasanya, lelaki bagian depan akan kesurupan, dan orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya.
Tidak jarang orang di bagian belakang juga kesurupan.
Tetapi, sangat jarang terjadi orang yang di bagian belakang kesurupan sedangkan bagian depannya tidak.
Bantengan dibantu agar kesurupan oleh orang (laki-laki) yang memakai pakaian serba merah yang biasa disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya di sebut irengan.
Bantengan juga selalu diiringi oleh macanan.
Penampakan Macanan Dan Ki Jati Kelana |
Kostum macanan ini terbuat dari kain yang diberi pewarna (biasanya kuning belang oranye), yang dipakai oleh seorang lelaki.
Macanan ini biasanya membantu bantengan kesurupan dan menahannya bila kesurupannya sampai terlalu ganas. Namun tidak jarang macanan juga kesurupan.
Ornamen Yang Ada Pada Bantengan
Ki Jati Kelana |
Ornamen yang ada pada Bantengan yaitu :
- Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll)
- Kepala banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh, kembang, dll)
- Mahkota Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas
- Klontong (alat bunyi di leher)
- Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang)
- Gongseng kaki
- Keluhan (tali kendali)
Dalam setiap pertunjukannya (disebut “gebyak”), Bantengan didukung beberapa perangkat, yaitu:
- Dua orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar)
- Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi
- Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng
- (Dhanyangan) dan mengembalikannya ke tempat asal
- Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut (Cemeti/ Cambuk)
- Minimal ada dua Macanan dan satu Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan.
Galeri Profile Photo
Detik-Detik Fenomena Kesurupan |
Photo Dengan Begron (dari kiri: Mbak Trie dan Nyai Klobot "Mbak Maria") |
Penampakan Mbah Siwur Di Acara Bantengan |
Aksi Mbah Siwur Di Acara Bantengan |
☆☆☆☆☆