Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Tradisi Sedekah Bumi Di Suku Jawa (Islam Nusantara)
Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman, ekpresi lokalitas dalam bentuk upacara dan perayaan komunitas masyarakat semakin “hilang” dari dinamika zamannya.
Konflik dengan tradisi baru berupa agama dengan model puritan dan kebijakan pembangunan dengan paradigma modernisasi kian menggerus keberadaannya.
Salah satu bentuk tradisi masyarakat tradisional yang lahir dari keunggulan intelektualitas masyarakat pada zamannya adalah tradisi sedekah bumi.
Sebagai ikhtiar untuk merekam kembali kearifan nilai-nilai lokal itulah, menjadi sangat penting untuk menelusuri kembali khazanah tradisi para leluhur.
- Benarkan sedekah bumi sebagai tradisi leluhur yang penuh takhayul dan khurafat?
- Praktek klenik yang jauh dari nilai syariat agama?
- Atau justru ekpresi tersebut syarat dengan nilai yang disebabkan kebodohan generasi masa kini dalam menangkap simbol-simbol tradisi yang dijalankan oleh para leluhur ?
- Bagaimana asal muasal, praktek dan dinamikanya saat ini ?
Mengenal tradisi adalah cara yang baik untuk mengambil sikap terhadap tradisi itu. Bagaimanapun, tradisi muncul dari hasil pemikiran para pendahulu kita dalam menghadapi persoalan hidup di dalam lingkungannya,
(Jakob Soemarjo, 1997, 208).
Semua suku bangsa pasti mengenal mitologiatau mite yaitu dongeng suci yang mengandung kepercayaan terhadap asal mula kejadian dari sesuatu yang ada, seperti terjadinya manusia, alam semesta, tentang mengapa matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat, tentang mengapa matahari dan bulan selalu kejar mengejar sepanjang masa, tentang kejadian padi, kejadian-kejadian lainnya diluar kemampuan manusia.
(Agraha Suhandi, 1991,190)
Salah satu sistem kepercayaan atau mitologi yang dianut masyarakat Indonesia adalah tentang terjadinya tempat-tempat tertentu dan terjadinya padi.
Mitologi atau dongeng-dongeng suci tentang terjadinya tempat-tempat, danau-danau, gunung-gunung dan sebagainya seringkali masih sangat dipercayai dan memiliki makna dan nilai tertentu dalam alam pikiran suku-suku bangsa di Indonesia.
Misalnya tentang terjadinya:
- Gunung Tangkuban Perahu (Sunda),
- Gunung Batok (Tengger),
- Danau Toba (Batak),
Serta dongeng suci yang berhubungan dengan tokoh-tokoh dalam legenda seperti:
- Sangkuriang (Sunda),
- Joko Tole (Madura),
- Siraja Batak (Batak),
Dan cerita nenek moyang yang menurunkan adat-istiadat tertentu, terjadinya tanaman atau tumbuhan tertentu seperti:
Padi sebagai sebuah penjelamaan dewi atau yang memiliki sifat-sifat kedewaan,
sehingga perlakuan terhadap padi sesuai dengan kepercayaan bahwa padi merupakan penjelmaan dewi padi. (Ibid).
Perghormatan nenek moyang kita terhadap terhadap padi merupakan hal yang wajar, karena kehidupan mereka sangat tergantung dengan alam, dan menggantungkan hidup sepenuhnya dari pertanian.
Inilah sebabnya dibanyak masyarakat suku selalu ada ritual panen dan ritual menanam padi. Ada banyak mitologi-mitologi bagaimana manusia mengenal padi.
Padi adalah sebuah perkawinan kosmik. Padi itu bukan tanaman biasa. Padi adalah tubuh Dewi Sri yang dating Dari Dunia Atas.
Begitu hormatnya mereka terhadap tanaman padi dan tanaman-tanaman lain, sehingga muncul kepercayaan metafisik bahwa semua itu ada campur tangan dengan Dunia Atas.
Semua itu hasil perkawinann kosmik antara langit dan bumi.
Definisis Sedekah Bumi Di Kebudayaan Jawa
Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Upacara ini sebenarnya sangat populer di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Tradisi ini dilaksanakan pada hari "nahas tahun" atau pada awal bulan Muharam/ Sura. Tempat pelaksanaan acara ini awalnya dilakukan di perempatan jalan, namun sekarang biasanya dilaksanakan di halaman masjid, balai desa, atau tempat terbuka seperti lapangan.
Sesajen yang penting dalam tradisi ini adalah Bubur sura dan Hasil bumi untuk dimakan dan dikuburkan.
Bubur sura dibuat dari berbagai biji-bijian, yang hanya boleh dimasak dalam kendi kuali dari tanah.
Berbagai jenis hasil bumi, mulai dari biji-bijian, umbi-umbian dan sayuran dan buah, akan dikeluarkan pada acara tersebut dan dimakan bersama-sama.
Kepala binatang ternak yang dikurbankan, biasanya akan dikubur.
Sedekah Bumi Tradisi Suku Jawa
Orang Jawa dulu menyebut leluhurnya yang paling tua dengan Dang Yang. Para Dang Yang dulu membuka alas menjadi desa serta meninggalkan anak cucu.
Nasihat para Dang Yang itu dijadikan pedoman hidup. Para Dang Yang mempunyai rumah disebut Pepunden.
Anak cucu Dang Yang semakin hari semakin bertambah akhirnya tersebar di berbagai daerah. Setiap tahun pulang sekali ke rumah para Dang Yang.
Hal ini disebut srodo.
Jika simbah buyut atau Dang Yang ini meninggal, maka para anak cucu datang membawakan makanan di kuburannya.
Orang Jawa punya keyakinan bahwa orang yang meninggal hanya pindah jagat (dunia). Dari jagat kecil ke jagat yang besar.
Makanya para cucu Dang Yang membawakan makanan atau pun hal-hal yang disukai Dang Yang ke kuburan.
Tradisi ini berlangsung selama ribuan tahun.
Kemudian Islam Datang.
Ajarannya hampir sama dengan Jawa yakni disuruh hormat kepada orang tua, baik yang hidup dan yang mati.
Dasarnya:
Walladziina jaauu mim ba'dihim yaquuluuna rabbanaghfirlanaa wali ikhwaninalladziina sabaquunaa bil iimaan.
berdasarkan ayat tersebut, harusnya yang hidup pada zaman sekarang mendoakan orang yang dulu-dulu yang sudah meninggal.
Caranya ada yang langsung didatangi dengan diziarahi, ada yang di online.
Dasarnya ziarah secara langsung:
Kuntu nahaitukum an ziayarotul qubuuri, fazuuruuhaa.
Baik Islam maupun Jawa punya ajaran untuk datang ke kuburan.
menyatakan bila orang Jawa punya keyakinan orang tidak mati.
Maka bisa bicara dengan orang yang sudah meninggal jasadnya. Sedang dalam Islam juga sama, seperti dalam Al-Qur'an
Walaa taquuluu liman yuqtalu fi sabilillahi amwaat. Bal ahyaaun walakilla tasy'uruun.
Ajaran orang Jawa bahwa orang mati dibawakan makanan di kuburan. Ajaran Islam juga orang mati dibawakan makanan.
Sama-sama membawakan makanan, kalau menurut tradisi Jawa makanan diberikan pada orang yang sudah mati di kuburan, sedangkan menurut Islam diberikan pada yang masih hidup namanya shodaqoh.
Idzaa maatabnu aadam inqoto’a 'amaluhu illaa min tsalaatsin...
Itulah kebiasaan yang berbeda dari tempat, bangsa, keyakinan yang berbeda kenyataannya bisa berjalan beriringan,
bila Nabi Muhammad SAW yang dulu juga mencari tahu napak tilas pendahulunya yakni Nabi Ibrahim karena ditanyai orang Yahudi dan Nasrani. Nabi Ibrahim merupakan bapak orang sedunia. Beliau berhasil menemukan napak tilas Nabi Adam.
Lalu, pada saat isra' mi'raj Nabi Muhammad dikasih tahu Allah letak maqam Ibrahim dan hijir Ismail. Serta bukit shafa dan marwa. Lalu, tempat melempar jumrah atau melempar iblis.
Nabi Muhammad juga setiap tahun sekali mengunjungi kabah, mencuci, mengganti kainnya dan meminyakinya dengan wewangian.
Makanya banyak orang menyebut ziarah haji bukan ibadah haji. Karena mengunjungi napak tilas Nabi Ibrahim dan keluarga. Serta dalam ibadah haji juga ada yang namanya kurban. Itu berasal dari seluruh orang yang haji,
Seperti halnya sedekah bumi dilakukan setahun sekali dengan mengunjugi napak tilas leluhur desa dan melakukan bersih-bersih desa. Lalu melakukan sedekah berupa makanan-makanan dan mendoakan leluhur-leluhur.
Masalah sedekah bumi sudah clear bagi orang NU.
☆☆☆☆☆
Cerita Nabi Sulaiman Gelar Syukuran dan Sedekah Laut
Kisah ini disarikan dari:
Kitab Durratun Nasihin fil Wa‘zhi wal Irsyad karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir Al-Khaubawi,
[Mushtafa Al-Babi al-Halabi, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 229-230.
Kisah ini berawal dari saking kaya rayanya Nabi Sulaiman AS dibandingkan dengan manusia lain pada zaman itu.
Nabi Sulaiman AS memang seorang Nabi yang dikaruniai berbagai macam kekayaan yang luar biasa banyak, saking banyaknya beliau berkeinginan untuk bersedekah kepada makhluk Alloh selama 40 hari.
Apakah cuma seperti itu saja?
Tidak, saking hebatnya, Nabi Sulaiman juga mempunyai berbagai macam pasukan dari golongan jin dan hewan. Semua itu kehendak Alloh SWT.
Semua tunduk di bawah perintahnya.
Manusia, jin, hewan liar, aneka burung, dan bahkan angin. Ketika itu tumbuh rasa bangga di dalam hatinya.
Tuhanku, perkenankan hamba menyediakan makan untuk semua makhluk hidup setahun penuh.
kata Nabi Sulaiman AS memohon izin kepada Allah SWT.
Kau tidak mungkin sanggup.
jawab Allah SWT.
Kalau begitu, izinkan hamba barang sehari.
kata Nabi Sulaiman AS.
Ketika mendapat izin sehari dari Allah, Nabi Sulaiman AS memerintahkan pasukannya baik kalangan jin dan manusia untuk menyebar mendata semua makhluk yang ada di muka bumi.
Ia juga meminta mereka untuk memasak dan menyiapkan hidangan selama 40 hari.
Kepada angin, Nabi Sulaiman AS memerintahkan agar tidak bergerak selama itu agar tidak menerbangkan makanan yang sedang disiapkannya untuk memberi makan sehari semua makhluk Allah di muka bumi.
Nabi Sulaiman AS meminta pasukannya untuk mengumpulkan makanan hari demi hari di sebuah padang luas.
Pasukannya bekerja keras memenuhi permintaan rajanya.
Sampai tiba waktunya, makanan yang disiapkan itu menggunung.
Sulaiman, siapa duluan yang akan kau beri makan?
kata Allah SWT setelah genap 40 hari persiapan hidangan.
Makhluk-Mu yang di darat dan di laut.
jawab Nabi Sulaiman AS.
Allah SWT kemudian memerintahkan ikan paus, salah satu penghuni samudera yang luas untuk memenuhi undangan makan Nabi Sulaiman AS. Ikan itu pun mengangkat kepalanya dan bergerak maju ke arah makanan yang menggunung itu.
Wahai Sulaiman, hari ini Allah menjadikan rezekiku melalui tanganmu.
kata ikan paus tersebut.
Silakan makan!!!
kata Nabi Sulaiman AS yang diberi anugerah mukjizat dapat berbicara dengan hewan dan makhluk halus.
Setelah diizinkan, ikan paus itu pun melahap hidangan Nabi Sulaiman AS yang menggunung tersebut.
Belum genap sekejap, ikan itu melahap semua hidangan yang disiapkan 40 hari lamanya dan kesemuanya langsung udes.
Sementara itu Nabi Sulaiman AS dan pasukannya terperangah melihat ikan paus itu melahap semua persedian makanan.
Sulaiman, kenyangkan aku. Aku masih lapar??
kata ikan paus.
Kau belum kenyang?
Hingga kini aku belum kenyang.
kata ikan paus.
Nabi Sulaiman AS tidak sanggup menjawab. Ia menyerah takluk di hadapan kuasa Allah SWT. Ia duduk bersimpuh lalu bersujud.
Subhāna man takaffala bi rizqi kulli marzūqin min haitsu lā yasy‘uru.
Mahasuci Tuhan yang menjamin rezeki semua makhluk-Nya dari jalan yang tak terpikirkan.
sembah puji Nabi Sulaiman AS sebagai pengakuan.
Kesimpulan
Lalu, apakah ada kaitannya dengan sedekah laut yang sering terjadi di beberap daerah sekarang ini?
Bagi Bitter,
Semua tergantung dari niat yang ada. Jika memang sedekah itu bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah.SWT karena berbagai nikmat yang ia peroleh, maka hal itu diperbolehkan.
Karena pada dasarnya, memberikan sedekah laut tersebut untuk makhluk di laut, seperti ikan yang dicontohkan Nabi Sulaiman AS.
Namun, jika kegiatan Sedekah Laut tersebut hanya bertujuan untuk hal-hal kemusyrikan, ditujukan untuk makhluk halus dan sejenisnya sesuai keyakinan mereka, maka hal itu secara syariat tidak diperbolehkan.
Kembali pada keyakinan seseorang.
Kisah ini menyarankan kerendahan hati atas segala capaian, syukuran atas suatu capaian, sedekah terhadap semua makhluk baik di darat maupun di laut, kepercayaan bahwa Allah penjamin rezeki, dan juga pengakuan atas kuasa Allah SWT.
Wallahu a‘lam.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT