Saatnya Sahabat Bitter Memikirkan Realita Di Media Sosial

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Saatnya Sahabat Bitter Memikirkan Realita Di Media Sosial
Reality is merely an illusion, albeit a very persistent one. – Albert Einstein.

Sering kali Dalam 1 Minggu Sekali Bitter membagikan tautan-tautan tentang tulisan Bitter di Halaman Facebook Bitter Coffee Park, dan semua adalah Realita Yang Ada dengan Konsep Obrolan Warung Kopi agar mudah dimengerti dan di pahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Bitter pun tertarik untuk membahas konsep realita.

Kata ini mungkin memang sering sekali diucapkan namun, sayangnya, banyak orang tidak menyadari betapa kompleksnya arti sebuah realita.

Jika Sahabat Bitter gemar menonton film-film layar lebar, Bitter yakin Sahabat Bitter pernah mendengar Inception ataupun The Matrix, dua film yang mungkin paling populer yang mempertanyakan/ menantang konsep awam dari sebuah realitas.

Dua film tadi mempertanyakan konsep realita dari pendekatan yang sangat berbeda. Bitter kira tidak perlu menjelaskan sinopsis dari kedua film populer tadi dan mungkin Sahabat Bitter akan berpikir bahwa kedua film tadi hanyalah fiksi semata.

Namun demikian, hal ini juga terjadi di semua disiplin ilmu pengetahuan yang mencoba memahami arti realitas dalam pendekatannya masing-masing, baik itu dari ranah:
○ matematika,
○ fisika, 
○ sastra, 
○ bahasa, 
○ sosiologi, 
○ ekonomi, 
○ psikologi, 
○ neurologi, 
○ filsafat, ataupun 
○ disiplin ilmu lainnya.
Lalu, pertanyaannya adalah realitas itu apa?
Di KBBI Daring, arti realitas mungkin memang dijelaskan dengan sangat sederhana, yakni kenyataan.

Oxford Dictionary juga memberikan sebuah definisi yang sangat mudah dimengerti, 
The world or the state of things as they actually exist, as opposed to an idealistic or notional idea of them.
Namun arti tersebut masih menyisakan satu pertanyaan besar, apakah yang dimaksud dengan kenyataan?

Ada yang mencoba mendefinisikan kenyataan dengan: 
Hal-hal yang sudah ada dan tetap akan ada, meski tanpa campur tangan manusia di dalamnya.

Misalnya apa? 
Semua hal yang Sahabat Bitter pelajari di pelajaran IPA saat sekolah dulu, seperti bumi kita, partikel, atom, energi, listrik, cahaya, dan lain-lainnya.

Namun definisi ini memiliki kekurangan yang begitu besar. 

Bagaimana dengan perang, kelaparan, diskriminasi, kemiskinan, dan fenomena sosial lainnya? 
Hal-hal tersebut tidak akan ada jika manusia juga tidak pernah ada. 

Namun apakah hal-hal tersebut tidak nyata?
Satu definisi yang mungkin paling populer digunakan adalah semua hal yang bisa Sahabat Bitter amati dan uji dengan indra Sahabat Bitter atau observable universe.

Namun sayangnya, definisi itu juga bisa diperdebatkan jika Sahabat Bitter cukup kritis. Pasalnya, indra Sahabat Bitter itu tidak selalu bisa diandalkan.

Jika Sahabat Bitter tidak percaya, coba ambil ponsel Sahabat Bitter dan rekam suara Sahabat Bitter sendiri. Kemudian, dengarkan hasil rekaman suara Sahabat Bitter sendiri.

Jika tidak ada yang salah dengan telinga Sahabat Bitter, suara yang Sahabat Bitter dengar di rekaman tersebut berbeda jauh dengan yang biasa Sahabat Bitter dengarkan langsung dengan telinga Sahabat Bitter sehari-hari ketika Sahabat Bitter berbicara.

Mata Sahabat Bitter juga tidak selalu bisa diandalkan. 

Kenapa? 
Karena sebenarnya Sahabat Bitter tidak benar-benar memproses semua yang Sahabat Bitter lihat di otak Sahabat Bitter.

Misalnya, Sahabat Bitter semua sebenarnya selalu bisa melihat hidung Sahabat Bitter masing-masing namun, hampir selalu, otak Sahabat Bitter mengacuhkan informasi tersebut karena dianggap tidak penting jika terjadi sesuatu dengan hidung Sahabat Bitter, Sahabat Bitter pasti bisa merasakannya karena ada saraf-saraf di sana.

Satu pertanyaan paling populer yang pernah ditanyakan adalah, 
Jika ada satu pohon yang tumbang di hutan dan tidak ada orang di sekitarnya, apakah pohon itu akan ada bunyinya ketika jatuh?

Maksud Bitter adalah seperti ini, apa yang Sahabat Bitter lihat, dengar, hirup, kecap, dan rasakan, sebenarnya juga tidak sesederhana yang biasa Sahabat Bitter bayangkan. 

Sahabat Bitter membutuhkan banyak sekali hal-hal lainnya, selain indra Sahabat Bitter, untuk bisa menangkap informasi itu.

Sahabat Bitter butuh cahaya untuk melihat, Sahabat Bitter butuh getaran untuk bisa menangkap bunyi, Sahabat Bitter butuh partikel-partikel kecil untuk bisa membaui yang ada di sekitar Sahabat Bitter.

Plus, indra Sahabat Bitter juga sebenarnya terlalu sederhana untuk bisa mengamati semua hal yang terjadi di alam semesta kita.

Misalnya saja seperti ini, sebelum ada yang namanya teleskop, apakah bintang, planet, tata surya, dan hal-hal di luar bumi kita itu tidak nyata? Sebelum mikroskop dibuat, apakah bakteri, virus, sel, atom, molekul, ataupun hal-hal super kecil lainnya itu tidak nyata.

Bitter kira orang-orang yang hidup sebelum alat-alat tadi ditemukan tidak menganggap hal-hal yang Bitter sebutkan itu tadi nyata.

Itu jika Sahabat Bitter melihat ke belakang. 

Mungkinkah ada banyak hal-hal lain yang belum ditemukan hanya karena Sahabat Bitter belum memiliki alat-alat untuk mengamati dan mempelajarinya?
Siapa tahu alien, hantu, ataupun hal-hal yang ada di cerita fiksi itu jadi nyata ketika nanti di masa depan kita memiliki alat-alat yang bisa digunakan untuk mengamati hal-hal tadi.

Kenyataan ini akan semakin chaos jika Sahabat Bitter berbicara soal fenomena sosial dan budaya. Bitter kira orang-orang yang hidup ribuan tahun lalu tidak percaya bahwa uang, negara, pernikahan, keadilan sosial itu nyata karena memang tidak ada dan belum dikonsepkan dan sehingga tidak bisa diamati dan dipelajari.

Contoh yang lebih riil di jaman modern sekarang ini adalah semua aktivitas yang Sahabat Bitter lakukan di dunia internet atau di balik layar monitor. 

Sahabat Bitter bahkan menggunakan istilah dunia maya. 

Apakah yang terjadi di internet sana tidak nyata?
Apakah semua aktivitas sosial yang kita lakukan di jejaring sosial, Facebook, Twitter, dkk, tidak ‘nyata’?
Bitter percaya bahwa kenyataan dan realitas itu berubah dari waktu ke waktu dan sangat tergantung dari perspektif atau otak manusianya, karena otak adalah yang paling bertanggung jawab dalam memproses semua informasi yang Sahabat Bitter punya, termasuk perspektif, dan kenyataan itu tadi.

Plus, Sahabat Bitter bisa bertanya pada mereka-mereka yang belajar neurologi jika tidak percaya, tidak ada 2 otak yang sama persis atau identik. 

Jika tidak ada otak yang sama persis, bukankah hal itu berarti tidak ada hasil olahan informasi yang sama juga antara satu manusia dengan manusia lainnya?

Walaupun demikian, Bitter juga tidak suka jika masalah perbedaan perspektif atau definisi kenyataan ini justru dijadikan pembenaran atas nama ego dan kemalasan untuk terus belajar.
“There are no facts, only interpretations.” ― Friedrich Nietzsche
Pendekatan-pendekatan yang berbeda atas kenyataan ini. 

Bagi Bitter, seharusnya dijadikan motivasi untuk membentuk pertanyaan-pertanyaan baru ataupun memahami sudut pandang yang berbeda dari yang kita miliki sebelumnya.

Namun demikian, Bitter sangat menganjurkan Sahabat Bitter untuk tidak percaya sama Bitter soal hal ini.

Tujuan Bitter hanyalah memancing pertanyaan-pertanyaan baru tentang yang dimaksud kenyataan yang bisa Sahabat Bitter cari tahu dan pikirkan sendiri dengan pendekatan yang Sahabat Bitter pilih.

Misalnya, jika Sahabat Bitter tertarik dengan fisika, cobalah cari tahu lebih jauh dari sudut pandang tersebut. 

Jika Sahabat Bitter suka dengan ekonomi, kenyataan seperti:
Apakah yang bisa Sahabat Bitter temukan dari perspektif itu?

Atau malah, cobalah cari tahu kenyataan dari pendekatan berbeda dari yang selama ini Sahabat Bitter ketahui. 

Misalnya, jika Sahabat Bitter dari jurusan sastra:
Apakah yang dimaksud dengan kenyataan jika dilihat dari sudut pandang matematika? 

Atau, jika Sahabat Bitter dari biologi, pernahkah Sahabat Bitter berpikir untuk melihat kenyataan dari sudut pandang psikologi.

Apakah hal tersebut akan berguna? 
Bitter pun tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Lagi-lagi, hanya Sahabat Bitter yang bisa menjawab pertanyaan tadi.
Dan Berhati-hatilah dengan Topik Isu dan Provokasi tidak bertanggung jawab dari Dunia Maya (Media Sosial) dan/ atau sumber media yang hanya mengejar Renting Siaran yang Sahabat Bitter tonton dan/ atau Baca, karena terkadang mereka dengan mengatas namakan kebenaran, mereka sering membolak-balikkan Fakta.

Jangan Membuat Perbedaan menjadi perpecahan. Kebenaran tidak membutuhkan Pembenaran, karena Kebenaran adalah mutlak benar. Dan saatnya kita menjadi manusia yang dapat berfikir dengan Realita yang ada.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT