Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia
29 Mei 1945
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.

06 Agustus 1945
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau Dokuritsu Cosakai, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

09 Agustus 1945
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

10 Agustus 1945
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
12 Agustus 1945
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
14 Agustus 1945
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepangmasih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

16 Agustus 1945
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo. 

17 Agustus 1945
Kemudian pada pagi harinya yaitu tepat tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman soekarno yang tepatnya berada di, Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Dibacalah teks Proklamasi tersebut tepat pada pukul 10:00 WIB.
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dll., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/ Hatta

(tanda tangan Soekarno)

(tanda tangan Hatta)
--------------
Kemudian setelah di baca dan baru dikibarkanlah Bendera Merah Putih sang saka merah putih yang telah dijahit oleh Istri Soekarno sendiri yaitu ibu Fatmawati. Akhirnya Sejarah hari Kemerdekaan Indonesia telah terukir dan kemudian hal tersebut di sambut sangat gembira oleh seluruh rakyat Indonesia yang telah hadir di sana.

18 Agustus 1945
Kemudian selanjutnya pada keesokan harinya tepat pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengambil keputusan untuk mengesahkan UUD 1945, dan terbentuknya NKRI. 

Selain itu juga bersamaan dengan terpilihnya Ir. Soekarno sebagai presiden pertama kali negara Indonesia dan Moh. Hatta Wakil Presiden yang pertama kali Negara Republik Indonesia.
☆☆☆☆☆
Autentik dan Konsep, 
Menyingkap Misteri 
Di Balik Naskah Proklamasi
SEMPAT terjadi perdebatan antara sejumlah tokoh negara terkait naskah autentik dari teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Ada pihak yang menyebut naskah sesungguhnya adalah yang masih berupa tulisan tangan Ir Soekarno. Namun, ada juga yang meyakini bahwa naskah proklamasi sebenarnya yakni yang sudah diketik Sayuti Melik.

Berbagai uraian tentang autentifikasi naskah proklamasi pun dipaparkan, sebagaimana dijelaskan dalam buku 'Seputar Proklamasi Kemerdekaan' yang disunting oleh Hendri F Isnaeni, Selasa (15/8/2017). Diterangkan, selama ini publik mengira tulisan tangan Bung Karno adalah naskah autentik yang dibacakan pada 17 Agustus 1945. Padahal, naskah yang dianggap autentik itu ternyata hanya merupakan suatu konsep atau klad.

Awal mula bangsa Indonesia memiliki dua jenis naskah proklamasi, dan tulisan yang diketik dianggap autentik, dari kisah di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda saat dilakukan perumusan. Kala itu terdapat dua kubu yakni golongan muda dan golongan tua yang saling bertolak belakang, apalagi mengenai keikutsertaan pihak Jepang di penyusunan naskah proklamasi tersebut.

Singkat cerita, disepakatilah naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga pemimpin golongan tua yakni Ir Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo. Sedangkan ada empat orang dari golongan muda yang menyaksikan, yakni Sayuti Melik, Sukarni, BM Diah, dan Mbah Diro. Terdapat juga beberapa orang Jepang di sana.

Tokoh-tokoh golongan tua menyusun naskah proklamasi di ruang makan rumah Laksamana Maeda, sedangkan para golongan tua menunggu di beranda depan. Soekarno bertugas menuliskan konsepnya (klad), sedangkan Hatta dan Soebardjo mengungkapkan pemikirannya secara lisan. Lalu didapatlah rumusan naskah proklamasi hasil tulisan tangan Bung Karno:
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan, dll, diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil2 bangsa Indonesia
--------------
Kemudian hasil tersebut dibawa Soekarno ke beranda depan untuk diperlihatkan, dibacakan, dan ditanda tangani semua orang yang hadir. Namun setelah itu, lagi-lagi terjadi ketegangan. Pihak golongan muda tidak setuju orang-orang golongan tua turut membubuhkan tanda tangan, karena dianggap sebagai "budak-budak Jepang" yang tidak turut dalam pergerakan nasional.

Perselisihan pun terjadi, hingga akhirnya reda juga, dan disepakati yang menandatangani hanya Soekarno-Hatta sebagai tokoh yang dianggap pemimpin utama bangsa Indonesia kala itu. Kemudian diperintahkanlah Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi berdasarkan konsep dan perubahan-perubahan yang telah disetujui.

Selanjutnya teks proklamasi diketik dengan tiga perubahan, yakni kata "tempoh" diganti menjadi "tempo", lalu bagian akhir "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah "atas nama bangsa Indonesia", serta "17-8-05" menjadi "hari 17 boelan 8 tahoen ‘05". Dilanjutkan ditandatangani Soekarno dan Hatta. Hasilnya menjadi:
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dll., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/ Hatta

(tanda tangan Soekarno)

(tanda tangan Hatta)
--------------
Naskah ketikan proklamasi inilah yang dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56.

Namun naas, naskah autentik tersebut menghilang selama 20 tahun dan kembali pada awal 1965 di tangan DN Aidit yang menyerahkannya kembali ke Soekarno.

Selama naskah autentik hilang itulah, publik lebih mengenal naskah konsep yang ditulis Bung Karno.
☆☆☆☆☆
Dari berbagai kejadian yang telah dialami oleh Indonesia banyak sekali hikmah yang bisa kita Ambil. 

Kemudian kita jadikan Sejarah hari Kemerdekaan Indonesia sebagai tolok ukur perjuangan kita di masa kini dan masa yang akan datang. 

Semoga kita bisa menjadi pejuang seperti mereka dan melanjutkan tongkat estafet perjuangan para pahlawan terdahulu.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT