Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Sumber Air Asin Di Tengah Pulau Jawa
Desa Ngaglik, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, memiliki sumber air asin yang berada di tengah areal persawahan. Sumur air asin itu berada dekat jembatan kecil yang dikenal dengan jembatan Kalionto.
Sumber air asin di Desa Ngaglik sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Sumber utama mata air asin tersebut terpusat pada satu buah sumur utama berdinding batu sedalam belasan meter.
Tidak jauh di sekitar sumur utama tersebut, puluhan belik atau sub sumur asin banyak terdapat di sekitarnya. Menurut Daryanto, karena sudah tidak aktif lagi, saat ini sebagian besar sub sumur tersebut banyak yang telah tertimbun rata dengan tanah.
Diduduk (digali) setengah meter saja itu sudah keluar air asinnya. Orang-orang zaman sekarang mau melanjutkan usaha (memproduksi garam) itu juga pikir-pikir karena hasilnya enggak cucuk (sepadan) dan sudah kalah dengan garam olahan pabrik yang produksinya lebih masif, kata dia saat dijumpai di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya warga Desa Ngaglik, sebagian warga desa tetangga, yakni Desa Trosobo dulu juga ikut memanfaatkan sumber air asin untuk memproduksi garam secara tradisional. Aktivitas produksi garam tersebut sukses menghidupi warga di dua desa tersebut.
Malam hari, warga beraktivitas mengangsu air asin dari dalam sumur untuk dibawa ke lokasi penggaraman yang juga berada di dekatnya. Aktivitas dilakukan malam hari karena pada pagi-sore digunakan warga untuk bertani. Setelah 3-5 hari, garam baru dapat dipanen. Garam hasil panenan dipasarkan hingga ke luar wilayah Boyolali.
Ditemui terpisah, Sekretaris Desa Ngaglik, Mukimin, mengatakan dulu area sekitar sumber air asin tak pernah sepi, selalu ramai dengan aktivitas selama hampir 24 jam. Pagi-siang ramai dengan aktivitas pasar tradisional yang ada di dekat jembatan kecil Desa Ngaglik. Pasar tersebut selalu ramai, belum lagi dengan adanya pedagang-pedagang kain etnis Tionghoa dari Semarang yang sengaja datang berdagang di sana.
Kini aktivitas tersebut tidak lagi ditemui. Lokasi sumber air asin terbengkalai. Sumber air asin tak lagi dimanfaatkan karena kalah bersaing dengan pabrik-pabrik garam modern.
Pada pembuatan garam tradisional, harus menunggu 3-5 hari untuk memproduksi sekitar 20 kilogram garam. Selain itu warga masih trauma dengan kejadian meninggalnya seorang ibu yang diduga bunuh diri bersama dua orang anak kembarnya di dalam sumur asin tersebut pada 1992.
Penelitian dari sejumlah kalangan sudah berkali-kali dilakukan di sumber air asin tersebut. Mulai dari institusi pendidikan seperti Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, hingga pemerintah pernah mengadakan penelitian di sumber air tersebut.
Menurutnya, pernah ada pihak swasta yang berniat membeli kawasan sumber air asin tersebut untuk penelitian. Namun masyarakat setempat menolak dengan alasan khawatir jika nanti tempat tersebut disalahgunakan.
Dari penuturan warga sekitar, tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan sumber air tersebut mulai muncul di daerah mereka. Karena tidak ada yang mengetahui kapan air itu muncul pertama kalinya.
Maka mulailah beredar cerita mitos tentang air asin Desa Ngaglik, konon menurut cerita turun-temurun, dahulunya daerah tersebut akan menjadi lautan karena munculnya sumber mata air ini. Akan tetapi hal tersebut urung terjadi lantaran para walisongo menyumbat aliran air tersebut. setelah aliran air disumbat, maka tiba-tiba muncul sumber mata air asin ini. Cerita mitos di Boyolali tentang air asin Desa Ngaglik, sampai saat ini masih dipercayai kebenarannya oleh warga sekitar.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT