Jiwanya yang hilang tanpa kendali
Meredam dalam bumi yang asri
Jiwanya yang hilang tanpa angan
Meredup dalam cahaya yang pudar
Malam itu adalah malam,
Meredam dalam bumi yang asri
Jiwanya yang hilang tanpa angan
Meredup dalam cahaya yang pudar
Malam itu adalah malam,
ketika aku dalam kesendirian
Ketika tanpa raga di sisi dipan-dipan sutera
Aku tertawa dan tersenyum didalam bayangan
Lalu akhiri dengan tangisan malam
Ada tiga pucuk rasa perkara yang aku pertanyakan
Ketika tanpa raga di sisi dipan-dipan sutera
Aku tertawa dan tersenyum didalam bayangan
Lalu akhiri dengan tangisan malam
Ada tiga pucuk rasa perkara yang aku pertanyakan
- Wahai jiwa-jiwa yang tanpa kendali dan tanpa angan!!!!!!
Atau malah si perenggut kehampaan
Didalam kidung nyanyia malam
- Wahai jiwa-jiwa yang tanpa kendali dan tanpa angan!!!!!!!
Dari kuas bertinta darah yang kau tuangkan
Sebagai derma atau balasan dendam
- Wahai jiwa-jiwa yang tanpa kendali dan tanpa angan!!!!!!
Yang muncul dari sekilat cahaya yang melesat
Seakan engkau merasa tidak bersalah
Lalu aku berbisik pada tungku yang kosong
Yang kudengar hanya suaraku yang menggema
Lalu aku berbisik pada langit yang cerah
Yang kudengar hanya kebisingan dunia
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT