Tanpa Sadar

Perkenalkan nama saya Ridho, profesi saya adalah seorang teknisi salah satu perusahaan TV kabel berlangganan dan Kebetulan saya juga merangkap sebagai bagian pemasaran.

Sebagai teknisi dan pemasaran tentunya saya melayani jasa pemasangan, perbaikan, dan memasarkan jasa TV kabel perusahaan saya.
Walaupun saya di perusahaan ini terhitung masih baru, tetapi saya termasuk karyawan yang cekatan dan rajin, sehingga bila ada proyek besar atasan saya selalu mengandalkan saya.

Sampai pada suatu hari saya mendapat pekerjaan untuk memasang Jasa TV kabel di salah satu rumah kepala BANK Swasta ternama.

Ketika itu saya bekerja dengan 2 orang helper yang bernama Manto dan Denis. Sampai waktunya saya berangkat saya ke rumah kepala BANK itu lengkap dengan segala peralatan.

Ketika itu keberangkatan kami diantar oleh sopir perusahaan kami, setelah sampai di lokasi, kemudian kami bertiga-pun diturunkan berikut segala barang dan peralatan kami.

Suasana rumah itu terasa sejuk dan asri karena ditumbuhi dengan pepohonan didepan rumahnya.

Sesampainya disana kami diterima oleh Security rumah itu, setelah security itu lapor kepada tuan rumah kemudian kami-pun diberi ijin untuk masuk.

Ketika itu keluarlah sesosok wanita muda berumur sekitar 26 tahun memakai daster merah keluar dari rumah itu, sungguh terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus menyambut kami.

Sekejap saya terpesona melihat kecantikan wajahnya, dan bibirnya yang sangat menggoda.
“Selamat pagi, Mbak. kami yang mau memasang parabola pesanan bapak kepala. ” 
“Ohh, iya silakan masuk saja mas. tapi suami saya masih bekerja dikantor, dan kebetulan rumah lagi sepi jadi terserah mas saja masaknya. ”
Tanpa basa basi lagi saya segera memerintahkan helperku untuk segera mulai bekerja, dengan harapan bisa berkenalan tanpa gangguan, siapa tahu nasib badan lagi mujur.

Dari perkenalan, wanita tersebut bernama Rosa dan dia adalah istri kepala Bank, tepatnya istri kedua, yang duda karena ditinggal mati.

Semula kuduga dia adalah anaknya, tapi ternyata ibu dari 2 anak tiri yang umurnya sebayanya. Kedua anak-tirinya wanita dan cantik-cantik, terlihat dari foto besar yang terpajang di ruang keluarga.

Sementara kedua helperku sedang merakit parabola, saya asyik menerangkan aneka macam seputar parabola, mulai dari acara siaran sampai cara merawat parabola.

Kelihatan Mbak Rosa juga antusias mendengarnya, padahal saya cuman asal bicara agar bisa berlama-lama dekat dengan Mbak Rosa sambil terus membayangkan besarnya payudara yang mengembung besar di balik dasternya.

Mbak Rosa duduk persis di depanku, hingga waktu saya memberi keterangan sambil membuat tulisan di meja, dia terpaksa menunduk untuk ikut membacanya.

Karena krah dasternya longgar sekali maka otomatis semua isi di dalamnya jadi ternganga lebar, jantungku seketika bergetar-getar tak menentu demi menyaksikannya.

Batang kemaluan saya mendadak beringas laksana torpedohendak meluncur.

Saya tak tahu apa Mbak Rosa tahu kalau saya jadi keterusan menulis sambil sesekali melirik ke balik dasternya.

Tampaknya dia cuek saja sambil mendengar penjelasanku. Bagaimana rasanya kepingin sekali saya segera memasukkan tanganku untuk meremas payudaranya.
“Diminum dulu mas. tehnya, mumpung masih hangat! ” 
katanya sambil tersenyum manis setengah menggoda.

Saya pun jadi salah tingkah dan mengiyakannya. Tehnya memang hangat dan segera menyegarkan otakku kembali.

Daripada pusing memikirkan cara untuk menggapai Payudara, saya minta diri untuk mengawasi pekerjaan helper.

Tidak terasa hari telah menjelang sore ketika pekerjaan selesai.

Terlihat mak Rosa tengah bersiap untuk mandi.

Pikiran kotor langsung menyergap, dan tak kuasa saya menolaknya.

Membayangkan kala tangannya mengusap lembut seluruh tubuhnya, lalu dadanya, lalu perutnya, lalu anunya, lalu... Wow.

Mbak Rosa tidak menyadari kalau mata saya terus mengikuti langkahnya menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup saya jadi merasa kehilangan.

Spontan saya-pun kemudian memberi kode dengan jari telunjuk berdiri di depan mulut pada kedua helperku.

Keduanya malah cengengesan.

Tanpa komando, kami kompak menggotong sebuah kursi tinggi agar bisa mengintip lewat lubang angin di atas pintu.

Saya langsung saja merebut kesempatan pertama untuk menaiki kursi, dan karena besarnya lubang angin maka seluruh isi kamar mandi jadi terlihat.

Mbak Rosa tampak mulai mengangkat ujung dasternya ke atas hingga melampaui kepalanya.

Tubuhnya tinggal terbalut celana dalam warna coklat dan BH, itu pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya.

Dada saya terasa mau pecah saking menahan napas. Luar biasa keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini, tetapi saya terkejut dengan caranya mandinya, tanpa diguyur air dia mengolesi seluruh tubuhnya dengan sabun cair, lalu tangannya meremas kedua payudaranya dan berputar-putar di ujungnya.

Batang kemaluan saya seakan turut merasakan pijatannya jadi membesar.

Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Mbak Rosa meneruskan permainannya ke bawah selangkangan, sementara matanya tertutup rapat, mulutnya menyungging seperti orang kepedasan cabai.

Tidak sadar tanganku ikut memijiti batang kewanitaannya ku sendiri. Sayang kedua helperku pun minta giliran jatah tontonan gratis yang aduhai.

Mereka pun jadi seperti terkena tegangan tinggi, celana kombornya tak mampu menyembunyikan batang yang mencuat kencang.
“Ayo, mas. masuk saja tak perlu mengintip begitu, kan tidak baik, pintunya tidak terkunci kok.! ” 
tiba-tiba terdengar seruan lembut bernada ajakan.

Tetapi terus terang kelembutan itu membuat kami hampir pingsan dan amat sangat mengejutkan. Kami serentak saling berpandangan kebingungan.
“Maaf ya Mbak. kami tidak sengaja kurang ajar.” 
Saya menjawab sambil mengambil inisiatif pelan-pelan memutar handel pintu kamar mandi yang memang benar tidak terkunci.

Tetapi setelah pintu terbuka, kami bertiga seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak pernah terbayangkan.

Mbak Rosa tersenyum manis sekali dan tanpa canggung melambaikan tangannya agar kami lebih mendekatinya.

Wah tentu saja kami tak perlu mendengar suara ulangan lagi, serempak kami bertiga mengerubuti sang dewi.

Dengan posisi duduk di atas bak mandi Mbak Rosa menyuruh kami mandi dahulu agar bau keringat kami lenyap. Saya, Manto, dan Denis segera melepas semua pakaian masing-masing, dan seperti anak kecil berebutan mandi di bawah siraman shower.

Tanpa rasa malu kami bertiga telanjang bulat di hadapan Mbak Rosa.

Batang kemaluan kami sudah pada posisi maksimal, mengacung-acung keras minta perhatian.

Mbak Rosa pun kegelian melihat tingkah kami bertiga.

Lalu Mbak Rosa memandikan kami satu per satu.

Batang kemaluan saya yang terlihat paling besar, berdenyut-denyut kala tangan Mbak Rosa mengelusinya dengan sabun.

Ah, nikmat sekali apalagi begitu tangannya bergerak maju mundur, segera kuraih gunung impianku yang telah nyata di depan hidung dan meremasnya sambil mulut kami saling berpagutan.

Sementara Manto dan Denis tidak mau ketinggalan, mereka memang tim yang kompak.

Tangan Manto menggerayangi selangkangan Mbak Rosa yang nyaris tertutup seluruhnya oleh bulu ikal yang lebat.

Sedang Denis kebagian pekerjaan menjilati pantat Mbak Rosa, kelihatan Mbak Rosa keenakan sekali ketika ujung lidah Denis mendongkel-dongkel lubang anusnya.

Tangan Mbak Rosa pun dengan adil bergantian meremas dan mengocok batang kemaluan saya kami, yang tentu saja membuat kami semua mengerang kenikmatan.

Mungkin karena kurang leluasa dengan posisi berdiri, Mbak Rosa mengajak kami bertiga segera menyudahi acara mandi bersama.

Dan mengajak pindah lokasi ke kamar tidur.

Wah asyik punya nih. Denis yang anak keturunan Arab telentang di atas kasur, batangnya yang kelewatan panjangnya menegang ke atas persis kayak orang punya ekor.

Mbak Rosa tanpa ragu-ragu segera mengekanginya dan menyodorkan kewanitaan-Nya.

Denis kegirangan segera menjilatinya dengan saya sampai berbunyi cipak-cipuk.

Mbak Rosa pun keenakan sambil menyosorkan kewanitaannya ke mulut Denis agar lidah Denis lebih masuk ke dalamnya.

Tampak Denis semakin gigih menyedoti cairan kewanitaannya Mbak Rosa.

Sedang Manto yang tak tahan menunggu lalu menyodorkan batangnya yang bulat hitam ke mulut Mbak Rosa.

Mulut Mbak Rosa tampak menganga menyambut kehadirannya.

Lidahnya berputar-putar mengulum batang Manto, lalu memainkannya maju mundur.

Terang saja Manto melenguh-lenguh merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Saya tak habis berpikir menyaksikan istri seorang pejabat terhormat dengan ganas mengerang-erang menikmati pelayanan kami.

Barangkali suaminya memang sudah tua atau impoten, hingga tidak menyia-nyiakan kehadiran kami.

Padahal menurutku Mbak Rosa cantik sekali, hidungnya mancung, bibirnya agak tebal, sensual sekali.

Dan badannya padat berisi apalagi kala kuremas-remas payudaranya jelas seperti gadis perawan.

Membuatku gemas sekali menyedoti ujung pentilnya.

Lidahku mengais-ngais agak mengawur kesana ke sini.

Tapi semakin mengawur semakin membuat Mbak Rosa bersemangat mengocok batang Manto dengan mulutnya.

Dan akhirnya Manto tampak kewalahan menahan permainan Mbak Rosa.

Tangannya mencengkeram kepala Mbak Rosa sambil mendorong ke arah selangkangannya.

Hingga batangnya habis tertelan mulut Mbak Rosa, lalu
“ Crot… Crot… Crot… “
Batang Penis Manto menyemburkan spermanya, Mbak Rosa pun tidak merasa jijik atau bagaimana segera menelan habis mani Manto, sambil lidahnya terus menjilati ujung batang Manto.

Karuan saja Manto kegelian dan terus memuntahkan lahar hingga loyo.

Saya segera membalik badan Mbak Rosa lalu kedua kakinya buru-buru kuangkat ke atas. Kewanitaannya kelihatan terbuka kemerahan walau dirimbuni bulu yang sangat lebat.

Lalu, Zlebbb… tertancaplah batang saya amblas ke dalamnya. Karena batang saya sudah berdenyut-denyut dari tadi maka seperti orang kesetanan saya mengayunkan pinggangku maju mundur.

Mata Mbak Rosa membelalak merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

Dari kewanitaannya mengalir cairan lendir banyak sekali. Akibatnya goyanganku menimbulkan suara gaduh.

Mbak Rosa mengerang-erang kala saya menyemburkan sperma saya. Banyak sekali keluarnya, maklum lagi bernafsu besar.

Denis segera menggantikan posisiku, dan langsung memompa kewanitaan-Nya Mbak Rosa.

Waduh tak terbayangkan kenikmatan yang dirasakan oleh Mbak Rosa.

Mukanya tampak bahagia sekali.

Pinggulnya menghentak-hentak mengikuti gerakan Denis.
loading...

Apalagi batang Denis yang panjang sekali membuat Mbak Rosa kelojotan kala batang itu mengayun tandas ke dalam.

Sambil meremas keras seprei kasur, Mbak Rosa kelihatan mencapai orgasme yang entah ke berapa.

Sampai Denis pun menggelepar di atas perut Mbak Rosa.

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT