Siapa Dalang Peristiwa G/ 30/ S/ PKI

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Siapa Dalang Peristiwa G/ 30/ S/ PKI
Sejauh ini ada 5 versi yang menyebut dalang atau pelaku dari pemberontakan G/30/S/PKI, namun sejatinya hal itu masih menuai pro dan kontra

Banyak penelitian yang mengungkap bahwa pelaku peristiwa G/30/S/PKI tidak tunggal sebagaimana versi Orde Baru yang menyebut PKI sebagai satu-satunya dalang di balik peristiwa berdarah itu.

Salah satunya, Sukmawati Soekarnoputri sempat mengungkapkan bahwa peristiwa G/30/S/PKI merupakan rencana Soeharto untuk melakukan 'kudeta bertahap'.

Sukmawati Soekarnoputri berani berpendapat demikian karena dia setuju dengan pemikiran dari Dr Subandrio, mantan Waperdam I dan Kabinet Dwikora era pemerintah Presiden Soekarno.

Pernyataan Sukmawati Soekarnoputri itu dikutip dari buku 'Creeping Coup d'Etat Mayjen Suharto' yang ditulis oleh Sukmawati Soekarnoputri sendiri.

Selain Soeharto, setidaknya ada 4 versi lagi tentang pelaku G/30/S/PKI yaitu PKI sendiri, konflik internal Angkatan Darat, Soekarno, dan unsur asing terutama CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat).

Berikut ulasannya seperti dikutip dari laman historia.id

1. PKI
Literatur pertama dibuat oleh sejarawan Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh berjudul 'Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia (1968)'.

Intinya menyebut skenario PKI yang sudah lama ingin mengkomuniskan Indonesia.

Buku ini juga jadi acuan pembuatan film Pengkhianatan G30S/PKI garapan Arifin C. Noer.

2. Konflik Internal Angkatan Darat
Sejarawan Cornell University, Benedict ROG Anderson dan Ruth McVey mengemukakan dalam bukunya 'A Preliminary Analysis of the October 1 1965, Coup in Indonesia' atau dikenal sebagai 'Cornell Paper (1971)', bahwa peristiwa G/30/S/PKI merupakan puncak konflik internal Angkatan Darat.

Dalam Army and Politics in Indonesia (1978), sejarawan Harold Crouch mengatakan, menjelang tahun 1965, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) pecah menjadi dua fraksi.

Kedua fraksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden Sukarno.

Kelompok pertama, “fraksi tengah” yang loyal terhadap Presiden Sukarno, dipimpin Letjen TNI Ahmad Yani, hanya menentang kebijakan Sukarno tentang persatuan nasional karena PKI termasuk di dalamnya.

Kelompok kedua, “fraksi kanan” bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang bernafaskan Sukarnoisme. Dalam faksi ini ada Jenderal TNI A.H. Nasution dan Mayjen TNI Soeharto.

Peristiwa G/30/S/PKI yang berdalih menyelamatkan Sukarno dari kudeta Dewan Jenderal, sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “fraksi tengah” untuk melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat.

3. Soekarno
Setidaknya ada tiga buku yang menuding Presiden Soekarno terlibat dalam peristiwa G/30/S/PKI yaitu:
  1. Victor M. Fic, Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965 (2004)
  2. Antonie C.A. Dake, The Sukarno File, 1965-67: Chronology of a Defeat (2006) yang sebelumnya terbit berjudul The Devious Dalang: Sukarno and So Called Untung Putsch: Eyewitness Report by Bambang S. Widjanarko (1974);
  3. Lambert Giebels, Pembantaian yang Ditutup-tutupi, Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno.
Ketiga buku tersebut mengarah kepada de-Sukarnoisasi yaitu menjadikan presiden RI pertama itu sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September dan bertanggung jawab atas segala dampak kudeta berdarah itu.

Ketika buku Dake terbit di Indonesia dengan judul Sukarno File (2005), keluarga Soekarno protes keras dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter terhadap Soekarno.

Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Bung Karno menerbitkan buku Bung Karno Difitnah pada 2006.

Cetakan kedua memuat bantahan dari Kolonel CPM Maulwi Saelan, wakil komandan Resimen Tjakrabirawa.

4. Soeharto
Telah dijelaskan sebelumnya, Sukmawati Soekarnoputri mengungkapkan bahwa Soeharto telah melakukan 'kudeta bertahap' melalui peristiwa G/30/S/PKI.

"Subandrio menyebut tragedi tahun 1965 itu dengan istilah 'Creeping Coup d'Etat ' atau kudeta merangkak atau bertahap," tulis Sukmawati Soekarnoputri dalam bukunya 'Creeping Coup d'Etat Mayjen Suharto'

Kudeta bertahap yang dilakukan Mayjen Soeharto dan kawan-kawannya dilalui dengan empat tahap.

Tahap I: 1 Oktober 1965
Terjadinya suatu aksi penculikan dan pembunuhan beberapa Jenderal TNI AD oleh kelompok G/30/S/PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung dengan pasukan AD (berseragam Cakrabirawa/pasukan pengawal presiden).

Pada hari itu juga melalui kantor penyiaran Radio Republik Indonesia (RRI), Letkol Untung mengumumkan tentang dibentuknya Dewan Revolusi dan juga tentang Kabinet Dwikora demisioner.

Demisioner adalah sebuah keadaan dimana seseorang tidak memiliki kekuasaan lagi

Padahal hanya presidenlah yang berwenang mendemisioner kabinetnya 

Tahap II : 12 Maret 1966
Letjen Soeharto sebagai pengemban Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret, membubarkan PKI.

Padahal Presiden dan pimpinan parpol lah yang berwenang membubarkan partai politik.

Tahap III: 18 Maret 1966
Letjen Soeharto memerintahkan penangkapan 16 Menteri Kabinet Dwikora, yang merupakan kelanjutan aksi mendemisionerkan kabinet.

Tahap IV: 7 Maret 1967 
Pencabutan kekuasaan Presiden RI, mandataris MPRS, Panglima ABRI, PBR (Panglima Besar Revolusi) Dr Ir Soekarno oleh MPRS dengan Tap MPRS XXXIII/1967 yang diketuai oleh Jenderal AH Nasution.

Sedangkan Tap MPRS XXXIII/1967 tersebut jelas inskonstitusional karena hanya MPR hasil Pemilu yang berwenang memberhentikan Presiden.

"Kesimpulan saya, G30S adalah nama grup atau kelompok yang kenyataannya adalah bagian dari Dewan Jenderal (Soeharto dkk). Merekalah kelompok G30S yang mengawali gerakan atau aksi dari Kudeta Merangkak tersebut," tulis Sukmawati Soekarnoputri.

Hal senada juga ditulis dalam buku 'Kesaksianku tentang G30S (2000)' karya Soebandrio yang mengungkapkan rangkaian peristiwa dari 1 Oktober 1965 sampai 11 Maret 1966 sebagai kudeta merangkak melalui empat tahap:
  1. Menyingkirkan para jenderal pesaing Soeharto melalui pembunuhan pada 1 Oktober 1965;
  2. Membubarkan PKI, partai yang memiliki anggota jutaan dan pendukung Sukarno;
  3. Menangkap 15 menteri yang loyal kepada Presiden Sukarno; dan
  4. Mengambilalih kekuasaan dari Soekarno.
5. CIA
Menurut David T. Johnson dalam bukunya 'Indonesia 1965: The Role of the US Embassy', Amerika Serikat memiliki beberapa opsi terkait situasi politik di Indonesia agar tidak jatuh ke tangan komunis

Opsinya adalah membiarkan saja, membujuk Soekarno beralih kebijakan, menyingkirkan Soekarno, mendorong Angkatan Darat merebut pemerintahan, merusak kekuatan PKI dan merekayasa kehancuran PKI sekaligus menjatuhkan Soekarno.

Dan akhirnya opsi terakhir yang dipilih.

Keterlibatan Amerika Serikat melalui operasi CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat) dalam peristiwa G30S nyata diungkapkan oleh Peter Dale Scott dalam bukunya US and the Overthrow of Sukarno 1965-1967 yang diterbitkan dengan judul 'CIA dan Penggulingan Sukarno (2004)'

Menurut Dale, CIA membangun relasi dengan para perwira Angkatan Darat dalam Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Salah satu perwiranya adalah Soeharto.

Hal senada juga disebutkan sumber lain 'Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati (2001)' karya wartawan Belanda Willem Oltmans.

Juga buku 'Bung Karno Menggugat: Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S' (2006) karya sejarawan Baskara T. Wardaya.

Sejarawan John Roosa dalam bukunya 'Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto' juga mengungkap bahwa pada akhir 1965 Amerika Serikat memberikan perangkat komunikasi radio lapangan yang sangat canggih ke Kostrad.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT